Ilmu Budaya Dasar ( I B
D )
ILMU BUDAYA
DASAR
( I B
D )
Dosen Pembina : Bayu Pramutoko,SE,MM
Pendahuluan
Ilmu Budaya Dasar (IBD) sebagai mata
kuliah dasar umum (MKDU), diberikan kepada mahasiswa di seluruh perguruan
tinggi negeri dan swasta, bertujuan untuk mengembangkan daya tangkap, persepsi,
penalaran, dan apresiasi mahasiswa terhadap lingkungan budaya. Ada dua hal yang
menyebabkan pentingnya pembahasan materi itu, yaitu.
Pertama, tema-tema IBD merupakan
tema-tema inti permasalahan dasar manusia yang dialami dan dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari, seperti tema-tema yang telah disusun oleh Konsorsium
Antar Bidang yang meliputi cinta kasih, keindahan, penderitaan, keadilan,
pandangan hidup, tanggung jawab, kegelisahan, dan harapan.
Kedua, pada saat ini, terdapat
kecenderungan bahwa ilmu atau ilmuwan sering mengabaikan sikap dan perilaku
moral. Banyak di antara ilmuwan yang menganggap bahwa aspek moral itu tidak
penting. Menurutnya, aspek yang lebih penting daripada moral dalam suatu ilmu
adalah ontologis dan epistemologis. Apabila hal itu yang terjadi, maka ia akan
mengabaikan unsur manusiawinya, kurang berbudaya, dan tidak peka terhadap permasalahan
moral. Untuk mengantisipasi hal itu, setiap sarjana dirasa perlu memahami aspek
budaya.
Penyusunan buku ini disiapkan dalam
beberapa aspek pokok.Mengingat tema IBD sangat luas, maka pembahasannya
dilakukan dengan pendekatan multidisiplin ilmu pengetahuan, seperti budaya,
filsafat, etika, dan agama. Mengingat begitu luasnya wawasan tema IBD. Dalam
buku ini juga dilampirkan tulisan-tulisan ilmuwan yang berkiprah dalam masalah
humaniora. Tulisan-tulisan itu bertujuan untuk pendalaman materi pokok IBD
melalui pengembangan daya imajinasi dan apresiasi mahasiswa.
B. Ilmu
Budaya Dasar
Ilmu Budaya Dasar (IBD) adalah salah
satu komponen dari sejumlah matakuliah Dasar Umum (MKDU), sebagai matakuliah
wajib yang menjadi kesatuan dengan matakuliah lain di Perguruan Tinggi.
Secara khusus MKDU bertujaun untuk
menghasilkan warga negera sarjana yang berkualifikasi sebagai berikut:
a.
Berjiwa Pancasila sehingga segala keputusan serta tindakannya mencerminkan
pengamalan nilai-nilai Pancasila dan memiliki intergritas kepribadian yang
tinggi, yang mendahulukan kepentingan nasional dan kemanusiaan scbagai sarjana
Indonesia.
b.
Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran
agamanya, dan memiliki tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain.
c. Memiliki
wawasan komprehensif dan pendekatan integral di dalam menyikapi permasalah
kehidupan baik sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, maupun pertahanan
keamanan.
d.
Memiliki wawasan budaya yang luas tentang kehidupan bcrmasyarakat dan secara
bcrsama-sama mampu berperan serta meningkatkan kualitas-nya, maupun lingkungan
alamiah dan secara bersama-sama berperan serta di dalam pelestariannya.
C. Pengertian Ilmu Budaya Dasar
Secara sederhana IBD adalah
pengetahuan yang diharapkan dapat membcrikan pengetahuan dasar dan pengcrtian
umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah dan
kebudayaan.
Istilah IBD dikembangkan di
Indonesia sebagai pengganti istilah Basic Humanities yang berasal dari istilah
bahasa Inggris “The Humanities’. Adapun istilah Humanities itu sendiri berasal
dari bahasa Latin Humanus yang bisa diartikan manusiawi, berbudaya dan halus
(fefined). Dengan mempelajari The Humanities diandaikan seseorang ‘akan bisa
mcnjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Secara demikian bisa
dikatakan bahwa The Humanities berkaitan dengan masalah nilai-nilai, yaitu nilai-nilai
manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar. manusia bisa menjadi
humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu The Humanities di samping tidak
mehinggalkan tanggung jawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Kendatipun demikian, Ilmu Budaya Dasar (atau Basic Humanities) sebagai satu
matakuliah tidaklah identik dengan The Humanities (yang disalin ke dalam bahasa
Indonesia menjadi: Pengetahuan Budaya).
Pengetahuan Budaya (The Humanities)
dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian cabang ilmu (disiplin)
seni dan filsafat. Keahlian ini pun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai
bidang kahlian lain, seperti seni sastra, seni tari, seni musik, seni rupa dan
lain-lain. Sedang Ilmu Budaya Dasar (Basic Humanities) sebagaimana dikemukakan
di atas, adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan
pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji
masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Masalah-masalah ini dapat didekati
dengan menggunakan pengetahuan budaya (The Humanities), baik secara gabungan
berbagai disiplin dalam pengetahuan budaya ataupun dengan menggunakan
masing-masing keahlian di dalam pengetahuan budaya (The Humanities). Dengan
poerkataan lain, Ilmu Budaya Dasar menggunakan pengertian-pengertian yang
berasa! dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan
pemikiran dan kepekaan dalam mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Dengan perkataan lain dapatlah
dikatakan bahwa setelah mendapat matakuliah IBD ini, mahasiswa diharapkan
memperlihatkan:
a. Minat dan
kebiasaan menyelidiki apa-apa yang terjadi di sekitarnya dan diluar
lingkungannya, menelaah apa yang dikcrjakan sendiri dan mengapa.
b.
Kesadaran akan pola-pola nilai yang dianutnya serta bagaimana hubungan
nilai-nilai ini dengan cara hidupnya sehari-hari.
c.
Keberanian moral untuk mempertahankan nilai-nilai yang dirasakannya sudah
dapat diterimanya dengan penuh tanggung jawab dan scbaliknya mcnolak
nilai-nilai yang tidak dapat dibenarkan.
D. Tujuan Ilmu Budaya Dasar (IBD).
Sebagaimana dikemukakan di atas,
penyajian Ilmu Budaya Dasar (IBD) tidak lain merupakan usaha yang diharapkan
dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep
yang dikem-bftngkan untuk mengkaji msalah-masalah manusia dan kebudayaan,
Dengan demikian jelas bahwa matakuliah ini tidak dimaksudkan untuk mendidik
seorang pakar dalam salah satu bidang keahlian (disiplin) yang termasuk. dalam
pengetahuan budaya, akan tetapi Ilmu Budaya Dasar semata-mata sebagai salah
satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan
pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai budaya, baik yang
menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang menyangkut dirinya
sendiri.
Dan bahwa dalam masyarakat yang
berkabung semakin Cepat dan rumit ini, mahasiswa harus mcngalami pergeseran
nilai-nilai yang , mungkin sekali dapat membuatnya masa bodoh atau putus asa,
suatu sikap yang tidak selayaknya dimiliki oleh seorang terpelajar.
Bagaimanapun juga, mahasiswa adalah orang-orang muda yang sedang mempelajari
cara memberikan tanggapan dan penilaian terhadap apa saja yang terjadi atas
dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya. Sudah barang tentu ia perlu
dibimbing untuk menemukan cara terbaik yang sesuai dengan dirinya sendiri tanpa
harus mengorbankan masyarakat dan alam sekitarnya. Secara tidak langsung
Budaya Dasar akan membantu mereka untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Berpijak dari hal di atas, tujuan
matakuliah Ilmu Budaya Dasar adalah untuk mengembangkan kepribadian dan wawasan
pemikiran, khususnya berkenaan dengan kebudayaan, agar daya tangkap, persepsi
dan penalaran mengenai lingkungan budaya mahasiswa dapat menjadi lebih halus.
Untuk bidag menjangkau tujuan tersebut di atas, diharapkan Ilmu Budaya Dasar
dapat:
a.Mengusahakan
penajaman kepekaan mahasiswa terhadap lingkungan budaya, sehingga mereka akan
lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, terutama untuk
kepentingan profesi mereka.
b.Memberi
kesempatan pada mahasiswa untuk dapat memperluas pandangan mereka tcntang
masalah kemanusiaan dan budaya, serta mengembangkan daya kritis mercka tcrhadap
persoalan-persoalan yang mcnyangkut kedua hal tcrscbut.
c.Mcngusahakan
agar mahasiswa sebagai caion pcmimpin bangsa dan ncgara, serta ahli dalatn
bidang disiplin masing-masing, tidak jatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan
pengkotaan disiplin yang ketat. Usaha ini tcrjadi karcna ruang lingkup
pendidikan kita amat dan condong mem-buat manusia spcsialis yang berpandangan
kurang luas. Matakuliah ini berusaha menambah kcmampuan mahasiswa untuk
menanggapi nilai-nilai dan masalah dalam masyarakat lingkungan mereka khususnya
dan masalah seria nilai-nilai umumnya tanpa terlalu terikat oleh disiplin
mereka.
d.Mcngusahakan
wahana komunikasi para akademisi, agar mercka lebih mampu bcrdialog satu sama
lain. Dengan mcmiliki satu bekal yang sama, para akademisi diharapkan dapat
lebih lancar berkomunikasi. Kalau cara berkomunikasi ini selanjutnya akan lebih
memperlancar pclaksanaan pembangunan dalam bcrbagai bidang keahlian. Mcskipun
spcsialisasi sangat penting, spcsialisasi yang terlalu sempit akan membuat
dunia scorang mahasiswa/sarjana menjadi tcrlalu sempit. Masyarakat yang pcrcaya
pada pentingnya modcrnisasi tidak akan dapat memanfaat-kan sccara penuh
sarjana-sarjana demikian, scbab proses modcrnisasi mcmerlukan orang yang
bcrpandangan luas.
Secara umum tujuan IBD adalah
Pembentukan dan pengembangan keperibadian serta perluasan wawasan perhatian,
pengetahuan dan pemikiran mengenai berbagai gejala yang ada dan timbul dalam
lingkungan, khususnya gejala-gejala berkenaan dengan kebudayaan dan
kemanusiaan, agar daya tanggap, persepsi dan penalaran berkenaan dengan
lingkungan budaya dapat diperluas. Jika diperinci, maka tujuan pengajaran llmu
Budaya Dasar itu adalah:
1.Lebih peka
dan terbuka terhadap masalah kemanusiaan dan budaya, scrta lebih bertanggung
jawab terhadap masalah-masalah tersebut.
2.Mengusahakan
kepekaan terhadap nilai-nilai lain untuk lebih mudah menyesuaikan diri.
3.Menyadarkan
mahasiswa terhadap nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, hormat menghormati
serta simpati pada nilai-nilai yang hidup pada masyarakat.
4.Mengembangkan
daya kritis tcrhadap pcrsoalan kemanusiaan dan kebudayaan.
5.Memiliki
latarbelakang pengetahuan yang cukup luas tentang kebudayaan Indonesia.
6.Menimbulkan
minat untuk mendalaminya.
7.Mcndukung
dan mcngcmbangkan kebudayaan sendiri dengan kreatif.
8.Tidak
terjerumus kepada sifat kedaarahan dan pengkotakan disiplin ilmu.
9.Menambahkan
kemampuan mahasiswa untuk mcnanggapi masalah nilai-nilai budaya dalam
masyarakat Indonesia dan dunia tanpa terpikat oleh disiplin mereka.
10.Mempunyai
kesamaan bahan pembicaraan, tempat berpijak mengenai masalah kemanusiaan dan
kebudayaan.
11.Terjalin
interaksi antara cendekiawan yang berbeda keahlian agar lebih positif dan
komunikatif.
12.Menjembatani
para sarjana yang berbeda keahliannya dalam bertugas menghadapi masalah
kemanusiaan dan budaya.
13.Memperlancar
pelaksanaan pembangunan dalam berbagai bidang yang ditangani oleh berbagai cendekiawan.
14.Agar
mampu memenuhi tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
15.Agar
mampu memenuhi tuntutan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya dharma
pendidikan.
Dari kerangka tujuan yang
telah dikemukakan tersebut diatas, dua masalah pokok biasa dipakai sebagai
bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup kajian matakuliah Ilmu Budaya
Dasar (IBD). Kedua masalah pokok tersebut ialah :
a.Berbagai
aspek kehidupan yang seluruhnya mcrupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan
budaya yang dapal didekati dengan menggunakan pengetahuan budaya (The
Humanities), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) di dalam
pengetahuan budaya, maupun sccara gabungan (anlar bidang) bcrbagai disiplin
dalam pengetahuan budaya.
b.Hakekat
manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam perwujudannya
dalam kebudayaan masing-masing zaman.
Proses budaya sebagai kemapanan Emosional
Dari Basic Cultural , akan dapat diketahui kemapanan
emosi dan sosialnya. Dan ini akan berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung dengan adat kebiasaan hidupnya sehari-hari dalam interaksinya
(pergaulan) dengan manusia lain, pengaruh lain yang ditimbulkan secara individu
adalah ketrampilan yang diperoleh dari interaksi yang terjadi terus-menerus
tersebut, sehingga bisa melekat pada diri individu itu selama-lamanya. Seperti
bunyi pepatah “ Lain lading lain belalang-lain lubuk lain pula Ikannya “
artinya disuatu tempat akan beda cara dan kebiasaanya sehari-hari dengan tempat
lain.
Bidang ilmu yang dibawanya kelak juga akan dipengaruhi
oleh budaya dan adapt istiadat yang sudah melekat dalam dirinya.
Maka seringkali kita saksikan, sebuah perilaku sosial
yang menyimpang dari adat kebiasaan yang lazim, Dan itu terjadi 1 orang dari 10
orang yang lain yang memiliki sikap yang berbeda. Namun kita tidak bisa
menjustifikasi atau menghakimi tindakan dia salah, karena fenomena yang terjadi
pada diri seseorang berasal dari kejadian yang ditimbulkan
sebelumnya.Sikap-sikap tersebut adalah :
1.Angkuh
2.Sombong
3.Mau menang
Sendiri
4.Egois
5.Sektarian
6.Acuh tak
acuh
Sikap-sikap tersebut akan terbawa pada saat mereka
memiliki kepandaian atau pengetahuan, sehingga akan menjadi lain manakala ilmu
tersebut digunakan pada hal-hal yang buruk.
Ada sementara orang yang mengatakan bahwa sikap yang
berbeda akan membawa dampak kemajuan dalam hidupnya, tetapi dilain pihak ada
yang mengatakan sebaliknya, yaitu membawa kehancuran dalam dirinya. Yang
terbaik adalah keselarasan yaitu membentuk sikap yang selaras dan sesuai dengan
norma-norma yang ada di masyarakat. Dari perpaduan orang yang memiliki pribadi
yang baik dan ilmu yang dimiliki, akan berguna bagi umat manusia.
Berkesenian dapat membentuk sikap dan pribadi yang
baik, hal ini dapat dilakukan apabila seseorang memahami proses sebuah penciptaan
karya seni, dimana dari awalnya ada proses : “ CIPTA – RASA – KARSA “
1.CIPTA :
Adalah sebuah proses perenungan yang dilakukan dengan kontemplasi, yang dalam
hal ini didasarkan dari kedalaman ilmu seseorang dari olah batin, pengetahuan,
wawasan serta ketajaman intuisi seseorang hingga tercipta sebuah karya seni.
2.RASA :
Setelah proses pertama selesai, maka selanjutnya dari hasil penciptaan hingga
menghasilkan karya seni tersebut sebelum di edarkan atau diinformasikan pada
orang lain, dirasakan terlebih dahulu oleh sang pembuatnya. Dari proses
ini terjadi perpaduan antara pikiran dan perasaan sehingga terjadi dialog yang
kemudian bisa memutuskan layak dan tidaknya karya ini ditampilkan.
3.KARSA :
setelah selesai dalam proses pengkombinasian tersebut, maka kemudian dilakukan
proses tahapan terakhir yaitu mengkarsakan atau memvisualisasikan dalam bentuk
gerakan, lukisan, tulisan atau bentuk lain yang diinginkan.
Proses – proses tahapan tersebut
terjadi begitu cepat, tergantung dari kemampuan seseorang dalam memadukan
segala potensi yang dimilikinya.
Kebudayaan
A.
Pendahuluan
Diakui secara umum bahwa kebudayaan
merupakan unsur penting dalam proses pembangunan atau keberlanjutan suatu
bangsa. Lebih-lebih jika bangsa itu sedang membentuk watak dan kepribadiannya
yang lebih serasi dengan tantangan zamannya. Dilihat dari segi kebudayaan,
pembangunan tidak lain adalah usaha sadar untuk menciptakan kondisi hidup
manusia yang lebih baik. Menciptakan lingkungan hidup yang lebih serasi.
Menciptakan kemudahan atau fasilitas agar kehidupan itu lebih nikmat.
Pembangunan adalah suatu intervensi manusia terhadap alam lingkungannya, baik
lingkungan alam fisik, maupun lingkungan sosial budaya.
Pembangunan membawa perubahan dalam
diri manusia, masyarakat dan lingkungan hidupnya. Serentak dengan laju
perkembangan dunia, terjadi pula dinamika masyarakat. Terjadi perubahan sikap
terhadap nilai-nilai budaya yang sudah ada. Terjadilah pergeseran sistem nilai
budaya yang membawa perubahan pula dalam hubungan interaksi manusia di dalam
masyarakatnya.
Pembangunan Nasional bertujuan untuk
mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata, materiil dan
spirituil berdasarkan Pancasila. Bahwa hakekat pembangunan Nasional adalah
pembangunam manusia Indonesia seutuhnya dan pcmbangunan seluruh masyarakat
Indonesia. Untuk mencapai tujuan tersebut, sudah tentu pendekatan dan strategi
pembangunan hendaknya menempatkan manusia scbagai pusat intcraksi kcgiatan
pcmbangunan spiritual maupun material. Pembangunan yang melihat manusia sebagai
makhluk budaya, dan sebagai sumber daya dalam pembangunan. Hal itu berarti
bahwa pembangunan seharusnya mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia.
Menumbuhkan kepercayaan diri sebagai bangsa. Menumbuhkan sikap hidup yang
seimbang dan berkepribadian utuh. Memiliki moralitas serta integritas sosial
yang tinggi. Manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Mahasa Esa.
Dewasa ini kita dihadapkan paling
tidak kepada tiga masalah yang saling berkaitan, yaitu
1). Suatu
kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri dari suku-suku bangsa, dengan latar
belakang sosio budaya yang beraneka ragam. Kemajemukan tersebut tercermin dalam
berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu diperlukan sikap yang mampu mengatasi
ikata-ikatan primordial, yaitu kesukuan dan kedaerahan.
2). Pembangunan
telah membawa perubahan dalam masyarakat. Perubahan itu nampak terjadinya
pergeseran sistem nilai budaya, penyikapan yang berubah pada anggota masyarakat
tcrhadap nilai-nilai budaya. Pembangunan telah menimbulkan mobilitas sosial,
yang diikuti oleh hubungan antar aksi yang bergeser dalam kelompok-kclompok
masyarakat. Sementara itu terjadi pula penyesuaian dalam hubungan antar anggota
masyarakat. Dapat dipahami apabila pergeseran nilai-nilai itu membawa akibat
jauh dalam kehidupan kita sebagai bangsa.
3). Kemajuan
dalam bidang teknologi komunikasi massa dan transportasi, yang membawa pengaruh
terhadap intensitas kontak budaya antar suku maupun dengan kebudayaan dari
luar. Khusus dengan terjadinya kontak budaya dengan kebudayaan asing itu bukan
hanya itensitasnya menjadi lebih besar, tetapi juga penyebarannya bcrlangsung
dengan cepat dan luas jangkauannya. Terjadilah perubahan orientasi budaya yang
kadang-kadang menimbulkan dampak terhadap tata nilai masyarakat, yang sedang
menumbuhkan identitasnya sendiri sebagai bangsa.
Untuk itulah, kepada lulusan
Perguruan Tinggi perlu di bekali pengetahuan yang dapat mengembangkan
kepribadiannya dan agar memiliki sikap hidup yang halus dan terbuka.
B. Pengertian Kebudayaan
Secara etimologis kebudayaan berasal
dari bahasa Sansekerta “budhayah”, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti
budi atau akal. Sedangkan ahli antropologi yang memberikan definisi tentang
kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah E.B. Tylor dalam buku yang
berjudul “Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang
di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan lain, serta kebiasaan yang didapat
manusia sebagai anggota masyarakat. Pada sisi yang agak berbeda,
Koentjaraningrat mendefinisikan
kebudayaan sebagai keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang
teratur oleh tata kelakuan yang harus didapatkanya dengan belajar dan yang
semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dari beberapa pengertian tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan,
tindakan, dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara
belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupanan masyarakat.
Secara lebih jelas dapat diuraikan
sebagai berikut:
1.Kebudayaan
adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia, yang meliputi:
b.kebudayaan
materiil (bersifat jasmaniah), yang meliputi benda-benda ciptaan manusia,
misalnya kendaraan, alat rumah tangga, dan lain-lain.
c.Kebudayaan
non-materiil (bersifat rohaniah), yaitu semua hal yang tidak dapat dilihat dan
diraba, misalnya agama, bahasa, ilmu pengetahuan, dan sebagainya.
2.Kebudayaan
itu tidak diwariskan secara generatif (biologis), melainkan hanya mungkin
diperoleh dengan cara belajar.
3.Kebudayaan
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa masyarakat kemungkinannya
sangat kecil untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya, tanpa kebudayaan tidak
mungkin manusia (secara individual maupun kelompok) dapat mempertahankan
kehidupannya. Jadi, kebudayaan adalah hampir semua tindakan manusia dalam
kehidupan sehari-hari.
C. Unsur-Unsur Kebudayaan
Unsur-unsur kebudayaan meliputi
semua kebudayaan yang ada dunia, baik yang kecil, sedang, besar, maupun yang
kompleks. Menurut konsepnya Malinowski, kebudayaan di dunia ini mempunyai tujuh
unsur universal, yaitu bahasa, sistem teknologi, sistem mata pencaharian,
organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian .Seluruh unsur itu
saling terkait antara yang satu dengan yang lain dan tidak bisa dipisahkan.
D. Sistem Budaya dan Sistem Sosial
Sistem sosial dan sistem budaya
merupakan bagian dari kerangka budaya. Ketiga sistem tersebut secara analisis
dapat dibedakan. Sistem sosial lebih banyak dibahas oleh ilmu sosiologi,
sementara itu sistem budaya banyak dikaji dalam ilmu budaya.Sistem diartikan
sebagai kumpulan bagian-bagian yang bekerja bersama-sama untuk melakukan suatu
maksud. Sistem mempunyai sepuluh ciri, yaitu:
1.fungsi,
2.satuan,
3.batasan,
4.bentuk,
5.lingkungan,
6.hubungan,
7.proses,
8. masukan,
9.keluaran,
dan
10.pertukaran.
Sistem budaya merupakan wujud yang
abstrak dari kebudayaan. Sistem budaya a tau kultural sistem merupakan ide-ide
dan gagasan manusia yang hidup bersama dalam suatu masyarakat. Gagasan tersebut
tidak dalam keadaan berdiri sendiri, akan tetapi berkaitan dan menjadi suatu
sistem. Dengan demikian, sistem budaya adalah bagian dari kebudayaan yang
diartikan pula adat-istiadat. Adat-istiadat mencakup sistem nilai budaya,
sistem norma, norma-norma menurut pranata-pranata yang ada di dalam masyarakat
yang bersangkutan, termasuk norma agama.
Fungsi sistem budaya adalah menata
dan memantapkan tindakan-tindakan serta tingkah laku manusia. Proses belajar
dari sistem budaya ini dilakukan melalui proses pembudayaan atau
institutionalization (pelembagaan). Dalam proses ini, individu mempelajari dan
menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma,
dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses ini dimulai sejak kecil,
dimulai dari lingkungan keluarga, masyarakat, mula-mula meniru berbagai macam ilmu
n. Setelah itu menjadi pola yang mantap, dan mengatur apa yang dimilikinya.
Sedangkan, sistem sosial pertama
kali diperkenalkan oleh Talcott Parsons. Konsep struktur sosial digunakan untuk
menganalisis aktivitas sosial sehingga sistem sosial menjadi model analisis
terhadap organisasi sosial.
Konsep sistem sosial adalah alat
bantu untuk menjelaskan tentang kelompok-kelompok manusia. Model ini bertitik
tolak dari pandangan bahwa kelompok manusia merupakan suatu sistem.
Parsons menyusun strategi untuk menganalisis
fungsional yang meliputi semua sistem sosial, termasuk hubungan berdua,
kelompok kecil, keluarga, organisasi sosial, termasuk masyarakat secara
keseluruhan. terdapat empat unsur dalam sistem sosial, yaitu:
- dua
orang atau lebih,
- terjadi
interaksi di antara mereka,
- interaksi
yang dilakukan selalu bertujuan, dan
- memiliki
struktur, simbol, dan harapan-harapan bersama yang dipedomaninya.
Lebih lanjut, suatu sistem sosial
akan dapat berfungsi apabila empat persyaratan di bawah ini terpenuhi. Keempat
persyaratan itu meliputi:
1.Adaptasi,
menunjuk pada keharusan bagi sistem-sistem sosial untuk menghadapi
lingkungannya.
2.Mencapai
tujuan, merupakan persyaratan fungsional bahwa tindakan itu diarahkan pada
tujuan-tujuannya.
3.Integrasi,
merupakan persyaratan yang berhubungan dengan interelasi antara para anggota
dalam sistem sosial.
4.Pemeliharaan
pola-pola tersembunyi, merupakan konsep latent (tersembunyi) pada titik
berhentinya suatu interaksi akibat kejenuhan sehingga tunduk pada sistem sosial
lainnya yang mungkin terlibat.
Lebih lanjut, Parson menjelaskan bahwa dalam suatu
sistem sosial terdapat 10 unsur yang membentuk kesempurnaan suatu” sistem.
Kesepuluh unsur itu, yaitu:
(1) keyakinan,
(2) perasaan,
(3) tujuan sasaran cita-cita,
(4) norma,
(5) kedudukan peranan,
(6) tingkatan,
(7) kekuasaan atau pengaruh,
(8) sanksi,
(9) sarana atau fasilitas, dan
(10) tekanan ketegangan.
E.Makna Sosial
Manusia adalah
makhluk sosial yang dapat bergaul dengan dirinya sendiri, dan orang lain
menafsirkan makna-makna obyek-obyek di alam kesadarannya dan memutuskannya
bagaimana ia bertindak secara berarti sesuai dengan penafsiran itu. Bahkan
seseorang melakukan sesuatu karena peran sosialnya atau karena kelas sosialnya
atau karena sejarah hidupnya. Tingkah laku manusia memiliki aspek-aspek pokok
penting sebagai berikut :
(1)Manusia selalu
bertindak sesuai dengan makna barang-barang (semua yang ditemui dan dialami,
semua unsur kehidupan di dunia ini);
(2)Makna dari
suatu barang itu selalu timbul dari hasil interaksi di antara orang seorang;
(3)Manusia selalu
menafsirkan makna barang-barang tersebut sebelum dia bisa bertindak sesuai
dengan makna barang-barang tersebut. Atas dasar aspek-aspek pokok tersebut di atas, interaksi manusia bukan
hasil sebab-sebab dari luar. Hubungan interaksi manusia memberikan bentuk pada
tingkah laku dalam kehidupannya sehari-hari, bergaul saling mempengaruhi.
Mempertimbangkan tindakan orang lain perlu sekali, bila mau membentuk tindakan
sendiri.
Menurut Blumer dalam premisnya menyebutkan bahwa manusia bertindak terhadap
sesuatu berdasarkan makna-makna yang berasal dari interaksi sosial seseorang
dengan orang lain dan disempurnakan pada saat proses interaksi sosial
berlangsung.
Makna dari sesuatu berasal dari cara-cara orang atau aktor bertindak
terhadap sesuatu dengan memilih, memeriksa, berpikir, mengelompokkan dan
mentransformasikan situasi di mana dia ditempatkan dan arah tindakannya.
F. Perubahan Sosial
Setiap masyarakat pasti mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan dimensi
ruang dan waktu. Perubahan
itu bisa dalam arti sempit , luas, cepat atau lambat. Perubahan dalam
masyarakat pada prinsipnya merupakan proses terus-menerus untuk menuju
masyarakat maju atau berkembang, pada perubahan sosial maupun perubahan
kebudayaan.
Menurut Moore dalam karya Lauer, perubahan sosial didefinisikan sebagai
perubahan penting dalam struktur sosial . Yang dimaksud struktur sosial adalah
pola-pola perilaku dan interaksi sosial. Perubahan sosial mencakup seluruh
aspek kehidupan sosial, karena seluruh aspek kehidupan sosial itu terus menerus
berubah, hanya tingkat perubahannya yang berbeda.
Himes dan More mengemukakan
tiga dimensi perubahan sosial :
(1)Dimensi structural dari perubahan sosial mengacu kepada perubahan dalam
bentuk struktur masyarakat menyangkut perubahan peran, munculnya peranan baru,
perubahan dalam struktur kelas sosial dan perubahan dalam lembaga sosial;
(2)Perubahan sosial dalam dimensi cultural mengacu kepada perubahan
kebudayaan dalam masyarakat seperti adanya penemuan dalam berpikir (ilmu
pengetahuan), pembaharuan hasil teknologi, kontak dengan kebudayaan lain yang
menyebabkan terjadinya difusi dan peminjaman kebudayaan;
(3)Perubahan sosial dalam dimensi interaksional mengacu kepada perubahan
hubungan sosial dalam masyarakat yang berkenaan dengan perubahan dalam
frekuensi, jarak sosial, saluran, aturan-aturan atau pola-pola dan bentuk
hubungan.
G. Konsep Nilai
Batasan nilai bisa mengacu pada
berbagai hal seperti minat, kesukaan, pilihan, tugas, kewajiban agama,
kebutuhan, keamanan, hasrat, keengganan, daya tarik, dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan perasaan dari orientasi seleksinya (Pepper, dalam Sulaeman,
1998). Rumusan di atas apabila diperluas meliputi seluruh perkem-bangan dan
kemungkinan unsur-unsur nilai, perilaku yang sempit diperoleh dari bidang
keahlian tertentu, seperti dari satu disiplin kajian ilmu. Di bagian lain,
Pepper mengatakan bahwa nilai adalah segala sesuatu tentang yang baik atau yang
buruk. Sementara itu, Perry (dalam Sulaeman, 1998) mengatakan bahwa nilai
adalah segala sesuatu yang menarik bagi manusia sebagai subjek.
Ketiga rumusan nilai di atas, dapat
diringkas menjadi segala sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek,
menyangkut segala sesuatu yang baik atau yang buruk sebagai abstraksi,
pandangan, atau maksud dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang
ketat.
Seseorang dalam melakukan sesuatu
terlebih dahulu mempertimbangkan nilai. Dengan kata lain, mempertimbangkan
untuk melakukan pilihan tentang nilai baik dan buruk adalah suatu keabsahan.
Jika seseorang tidak melakukan pilihannya tentang nilai, maka orang lain atau
kekuatan luar akan menetapkan pilihan nilai nnluk dirinya.
Seseorang dalam melakukan
pertimbangan nilai bisa bersifat subyektif dan bisa juga bersifat objektif.
Pertimbangan nilai subjektif tcnlapat dalam alam pikiran manusia dan bergantung
pada orang yang memberi pertimbangan itu. Sedangkan pertimbangan objektif
beranggapan bahwa nilai-nilai itu terdapat tingkatan-tingkatan sampai pada
tingkat tertinggi, yaitu pada nilai fundamental yang mencerminkan universalitas
kondisi fisik, psikologi sosial, menyangkut keperluan setiap manusia di mana saja.
Dalam kajian filsafat, terdapat
prinsip-prinsip untuk pemilihan nilai, yaitu sebagai berikut.
1.nilai
instrinsik harus mendapat prioritas pertama daripada nilai ekstrinsik. Sesuatu
yang berharga instrinsik, yaitu yang baik dari dalam dirinya sendiri dan bukan
karena menghasilkan sesuatu yang lain. Sesuatu yang berharga secara ekstrinsik,
yaitu sesuatu yang bernilai baik karena sesuatu hal dari luar. Jika sesuatu itu
merupakan sarana untuk mendapat sesuatu yang lain. Semua benda yang bisa
digunakan untuk aktivitas mem-punyai nilai ekstrinsik.
2.nilai ini
tidak harus terpisah. Suatu benda dapat bernilai instrinsik dan ekstrinsik.
Contoh pengetahuan, mempunyai nilai instrinsik baik dari dirinya sendiri dan
mempunyai nilai ekstrinsik apabila digunakan untuk kepentingan pembangunan baik
di bidang ekonomi, politik, hukum, maupun bidang-bidang yang lainnya.
3.nilai yang
produktif secara permanen didahulukan daripada nilai yang produktif kurang
permanen. Beberapa nilai, seperti nilai ekonomi akan habis dalam aktivitas
kehidupan. Sedangkan nilai persahabatan akan bertambah jika dipergunakan untuk
membagi nilai akal dan jiwa bersama orang lain. Oleh karena itu, nilai
persahabatan harus didahulukan daripada nilai ekonomi.
H. Sistem Nilai
Sistem nilai adalah nilai inti (core
value) dari masyarakat. Nilai inti ini diakui dan dijunjung tinggi oleh setiap
manusia di dunia untuk berperilaku. Sistem nilai ini menunjukkan tata-tertib
hubungan timbal balik yang ada di dalam masyarakat. Sistem nilai budaya
berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia (Koentjaraningrat,
1981). Sistem nilai budaya ini telah melekat dengan kuatnya dalam jiwa setiap
anggota masyarakat sehingga sulit diganti atau diubah dalam waktu yang singkat.
Sistem budaya ini menyangkut masalah-masalah pokok bagi kehidupan manusia.
Sistem nilai budaya ini berupa abstraksi yang tidak
mungkin sama persis untuk setiap kelompok masyarakat. Mungkin saja nilai-nilai
itu dapat berbeda atau bahkan bertentangan, hanya saja orien-tasi nilai
budayanya akan bersifat universal, sebagaimana Kluckhohn (1950) sebutkan.
Menurut Kluckhohn, sistem nilai budaya dalam
masyarakat di mana pun di dunia ini, secara universal menyangkut lima masalah
pokok kehidupan manusia, yaitu:
4.Hakikat
hidup manusia. Hakikat hidup untuk setiap kebudayaan berbeda secara ekstrim.
Ada yang berusaha untuk memadamkam hidup (nirvana = meniup habis). Ada pula
yang dengan pola-pola kelakuan tertentu menganggap hidup sebagai sesuatu hal
yang baik (mengisi hidup).
5.Hakikat
karya manusia. Setiap manusia pada hakikatnya berbeda-beda, di antaranya ada
yang beranggapan bahwa karya bertujuan untuk hidup, karya memberikan kedudukan
atau kehormatan, karya merupakan gerak hidup untuk menambah karya lagi.
6.Hakikat
waktu untuk setiap kebudayaan berbeda. Ada yang berpandangan mementingkan
orientasi masa lampau, ada pula yang berpandangan untuk masa kini atau yang
akan datang.
7.Hakikat
alam manusia. Ada kebudayaan yang menganggap manusia harus mengeksploitasi alam
atau memanfaatkan alam semaksimal mungkin, ada pula kebudayaan yang beranggapan
bahwa manusia harus harmonis dengan alam dan manusia harus menyerah kepada
alam.
8.Hakikat
hubungan manusia. Dalam hal ini ada yang mementingkan hubungan manusia dengan
manusia, baik secara horisontal maupun secara vertikal kepada tokoh-tokoh. Ada
pula yang berpandangan individualist’s (menilai tinggi kekuatan sendiri).
Berdasarkan hasil suatu penelitian,
ada tiga pandangan dasar tentang makna hidup, yaitu:
(1) hidup untuk bekerja,
(2) hidup untuk beramal, berbakti, dan
(3) hidup untuk bersenang-senang.
Sedangkan makna kerja, yaitu:
(1) untuk mencari nafkah,
(2) untuk memper-tahankan hidup,
(3) untuk kehormatan,
(4) untuk kepuasan dan kesenangan,
dan
(5) untuk amal ibadah.
I. Perubahan Kebudayaan
Masyarakat dan kebudayaan di mana
pun selalu dalam keadaan berubah, ada dua sebab perubahan
1.Sebab yang
berasal dari masyarakat dan lingkungannya sendiri,misalnya perubahan
jumlah dan komposisi
2.sebab
perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup. Masyarakat yang hidupnya
terbuka, yang berada dalam jalur-jalur hubungan dengan masyarakat dan
kebudayaan lain, cenderung untuk berubah secara lebih cepat.
3.adanya
difusi kebudayaan, penemuan-penemuan baru, khususnya teknologi dan inovasi.
Dalam masyarakat maju, perubahan
kebudayaan biasanya terjadi melalui penemuan (discovery) dalam bentuk ciptaan
baru (inovatiori) dan melalui proses difusi. Discovery merupakan jenis penemuan
baru yang mengubah persepsi mengenai hakikat suatu gejala mengenai hubungan dua
gejala atau lebih. Invention adalah suatu penciptaan bentuk baru yang berupa
benda (pengetahuan) yang dilakukan melalui penciptaan dan didasarkan atas
pengkom-binasian pengetahuan-pengetahuan yang sudah ada mengenai benda dan
gejala yang dimaksud.
Ada empat bentuk peristiwa perubahan
kebudayaan. Pertama, cultural lag, yaitu perbedaan antara taraf kemajuan
berbagai bagian dalam kebudayaan suatu masyarakat. Dengan kata lain, cultural
lag dapat diartikan sebagai bentuk ketinggalan kebudayaan, yaitu selang waktu
antara saat benda itu diperkenalkan pertama kali dan saat benda itu diterima
secara umum sampai masyarakat menyesuaikan diri terhadap benda tersebut.
Kedua, cultural survival, yaitu suatu konsep untuk
meng-gambarkan suatu praktik yang telah kehilangan fungsi pentingnya seratus
persen, yang tetap hidup, dan berlaku semata-mata hanya di atas landasan
adat-istiadat semata-mata. Jadi, cultural survival adalah pengertian adanya
suatu cara tradisional yang tak mengalami perubahan sejak dahulu hingga
sekarang.
Ketiga, pertentangan kebudayaan
(cultural conflict), yaitu proses pertentangan antara budaya yang satu dengan
budaya yang lain.
Konflik budaya terjadi akibat terjadinya perbedaan
kepercayaan atau keyakinan antara anggota kebudayaan yang satu dengan yang
lainnya.
Keempat, guncangan kebudayaan (cultural shock), yaitu
proses guncangan kebudayaan sebagai akibat terjadinya perpindahan secara
tiba-tiba dari satu kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Ada empat tahap yang
membentuk siklus cultural shock, yaitu: (1) tahap inkubasi, yaitu tahap
pengenalan terhadap budaya baru, (2) tahap kritis, ditandai dengan suatu
perasaan dendam; pada saat ini terjadi korban cultural shock, (3) tahap
kesembuhan, yaitu proses melampaui tahap kedua, hidup dengan damai, dan (4)
tahap penyesuaian diri; pada saat ini orang sudah membanggakan sesuatu yang
dilihat dan dirasakan dalam kondisi yang baru itu; sementara itu rasa cemas
dalam dirinya sudah berlalu.
Konsepsi Budaya Dasar Dalam Berbagai Bidang
Kesusasteraan
1. Hakekat Puisi
Dipandang dari segi bangunan
bentuknya pada umumnya puisi dianggap sebagai pemakaian atau penggunaan bahasa
yang intensif; oleh karena itu minimnya jumlah kosa kata yang digunakan dan
padatnya struktur yang dimanipulasikan,namun justru karena itu berpengaruh kita
dalam menggerakkan emosi pembaca karena gaya penuturan dan daya lukisnya.
Bahasa puisi dikatakan lebih padat lebih indah, lebih cemerlang dan hidup
(compressed, picturesque, vivid) daripada bahasa prosa atau percakapan
sehari-hari.
Bahasa puisi mengandung penggunaan
lambang-lambang metaforis dan bentuk-bentuk intutive yang lain untuk
mengekspresikan gagasan, perasaaan dan emosi oleh karena puisi senantiasa
menggapai secara eksklusif ke arah imajinasi dan ranah (domain) bentuk-bentuk
emotif dan artistiknya sendiri.
Kepadatan bahasa puisi itu
sebenarnya sangat berkaitan. Secara sinkron dan integratif dengan upaya sang
penyair dalam memadatkan sejumlah pikiran, pcrasaan dan emosi serta pe-ngalaman
hidup yang diungkapannya. Hal yang membedakan seorang penyair dari pengarang
prosa adalah karena kemampuannya dalam mengekspresikan hal-hal yang sangat
besar dan luas dalam bentuk yang ringkas dan padat.
Dipandang dari segi isinya puisi
yang bagus merupakan ekspresi yang paling benar (genuine expression) atas
kcseluruhan kepri-badian manusia dan kerena itu ia dapat menyampaikan secara
luar biasa keinsyafan pikiran dan hari manusia tehadap pcngalaman dan peristiwa
kehidupan. Dengan demikian fenomen- budaya puisi itu tcrcipta dalam proses yang
kira-kira bisa dibagankan sebagai bcrikut:
2. Penyajian Puisi dalam Pendidikan dan pengajaran di
semua tingkatan
Berdasarkan sejumlah pandangan yang
terpilih dari para ahli dan kritikus sastra dapatlah dikatakan bahwa puisi
bersifat koekstensif dengan “hidup” (W.J.G. race, 1965:5) yang berarti bcrdiri
berdampingan dalam kedudukan yang sama dengan “hidup” sebagai pencerminan dan
krilik atau interpretasi terhadap “hidup”.
Dalam pemikiran aslinya Dr. Smuel
Johnson menyebutkan “general nature” sebagai obyek “percerminan”. Dalam hal ini
puisi itu sendiri bukanlah sebuah cermin, dalam pengertian ia tidak semata-mata
mereproduksi suatu bayangan alam (dan kehidupan), tetapi ia membuat alam itu
direfleksikan di dalam bentuknya yang banyak berisi arti (Northrop Frye, 1957:
84).
Secara aktual apa yang dinyatakan
oleh penyair dalam puisinya dapat merupakan analogi, koresponden atau mirip
dengan alam lahir (external nature). Di sini “cermin” tidak semata-mata
mereflcksikan alam lahir itu, oleh karena “alam” di sini juga mencakup
inleligensi manusia, perasaanya dan cara atau aktivitas manusia itu melihat
dirinya sendiri. Tendensi pandangan dalam kritik modern mengenai dalil
“pencerminan” tersebut menganggap bahwa puisi sebagai suatu jenis karya scni
merupakan “heterokosmos” yakni sebagai “alam kedua”. Dalam memandang sastra
pada umumnya dan puisi pada khususnya sebagai pencerminan pengalaman, kita
tidak akan berpikir bahwa sastra (puisi) sebagai penyajian norma-norma secara
statistik.
Sebegitu jauh sastra/puisi di zaman
angkatan Pujangga Baru (tahun 30-an) boleh disebut hanya mengenal atau
cenderung kepada minoritas orang-orang berpendidikan menengah dan feodal
sebagaimana sastra Eropa Barat di abad pertengahan yang hanya menyuarakan gerak
hidupnya kaum bangsawan yang mencari kekuatannya pada tema-tema tertentu saja,
misalnya cinta istana.
Namun sastra/puisi Indonesia di
kurun 1942 – 1945 mengumandangkan tuntutan masyarakat akan kemerdekaan dan di
tahun 1960-an meneriakkan pemberontakan kepada kaum “tirani” dan “despot”.
Sedangkan puisi-puisi Gunawan Muhammad atau Sapardi Joko Damono lebih banyak
ber-sifat renungan pada pencarian nilai-nilai.
2.1. Hubungun puisi dengan pengalaman hidup manusia
Perekaman dan penyampaian pengalaman
dalam sastra/puisi disebut “pengalaman perwakilan’ (vicarious experience, (1)
D.L. Burton, 1964: 4, (2) M.E. Fowler, 1965: 219, (3) W.J. Grace, 1965: (4).
lni berarti bahwa manusia senantiasa ingin mcmiliki salah satu kebutuhan
dasarnya untuk lebih menghidupkan pengalaman hidupnya dari sekedar kumpulan
pengalaman langsung yang terbalas. Dengan ‘pengalaman perwakilan” itu
sastra/puisi dapat memberikan kepada mahasiswa memiliki kesadaran (insight –
wawasan) yang penting untuk dapat melihat dan mengerti banyak tentang dirinya
sendiri dan tentang masyarakat.
Dengan keseringan membaca dan mendiskusikan
hasil karya sastra/puisi dengan bimbingan dosen yang bijaksana dan matang
mcreka dapat berkembang untuk mengerti tidak saja terhadap diri mereka
masing-masing dan hubungannya dengan masyarakat di mana mereka hidup, tetapi
juga terhadap kcahlian dan kearifan senimannya (the craft of the artist).
Pendekatan terhadap ‘pengalaman
perwakilan’ ilu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang disebut
‘imaginative entry’ (D.L. Burton, 1965: 1544), yaitu kemampuan menghubungkan
pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman yang diluangkan penyair dalam
puisinya. Sebagai pemuda tentulah mahasiswa itu pcrnah jatuh cinta, kebencian
yang mendendam, keberanian memprotes, sakit hati dan penderitaan olch
kesedihan, keterharuan dan kebanggaan olch dalang-nya suatu harapan yang
membahagiakan. Dengan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman itu mereka dapat
memasuki pcngalaman dalam puisi dengan membaca dan mendiskusikannya, sehingga
mcreka dapat mempcrluas ketahuannya terhadap dirinya dan terhadap orang lain.
Puisi mempunyai kekuatannya sendiri
dalam memperluas pengalaman hidup aktual dengan jalan mengalur dan
mensintesekannya. Pengalaman yang melayani kebutuhan universal manusia untuk
memperoleh pelarian dan obat penawar dari beban kesibukan hidup yang rutin.
2.2 Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual.
Dengan membaca puisi kita dapat
diajak untuk dapat menjenguk hati dan pikiran/kesadaran manusia, baik orang
lain maupun diri sendiri. Hal ini sangat dimungkinkan oleh puisi itu sendiri,
karena melalui puisinya sang penyair menunjukkan kepada pembaca bagian dalam
hati manusia, ia menjelaskan pengalaman sctiap orang, yang bisa mengenai;
-topang yang
dipakai orang dalam kehidupan yang nyata
-bcrbagai
pcranan yang diperankan orang dalam mcnampilkan diri di dunia atau lingkungan
masyarakatnya.
Adalah hak dan misi seorang penyair
lewat puisinya untuk membuka tabir yang mcnutupi hati manusia dan membawa kita
untuk melihat sedekat- dekatnya rahasia pikiran, perasaan dan impian manusia.
Pada akhirnya puisi mempcrluas dacrah pcrscpsi kita memperlcbar dan memperdalam
serta menyempurnakan sensibilitas emosional kita, kemampuan kita untuk
merasakan, sehingga kila dibuatnya menjadi lebih sensitif, lebih responsif dan
mejadi manusia yang lebih simpatik.
2.3. Puisi dan keinsyafan sosial.
Puisi juga membcrikan kepada manusia
tentang pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, yang tcrlibat dalam issue
dan problema sosial. Sccara imajinatif puisi dapat menafsirkan sittuasi dasar
manusia sosial, yang bisa bcrupa:
- penderitaan atas ketidak adilan
- perjuangan untuk kekuasaan.
- konfliknya dengan secsamanya
- pemberontakannya lerhadap hukum
Tuhan atau hukum manusia sendiri.
2.4. Puisi dan nilai-niiai.
Dengan membcrikan pengarahan dna
bimbingan yang tepat dalam proses membaca dan mendiskusikan puisi, mahasiswa
akan men-jumpai nilai-nilai (value) yang bermanfaat bagi lingkungan hidupnnya.
Ia akan membaca tentang manusia laki-laki atau perempuan yang mungkin telah
mengambil sikap tertentu tentang moral dan etika yang menjadi pilihannya.
Kata drama berasal dari kata Greek
draien yang berarti to do, to act. Sementara itu kata teater berasal dari kata
Greek the-atron yang berarti to see, to view. Perbedaan antara kedua istilah
itu dapat dilihat pada pasangan ciri-ciri sebagai berikut ;Drama teater
play
: performance
script
:
production
text
: staging
author
: actor
creation
: interpretation
theory
: practice
Dari perbandingan di atas kiranya
nampak bahwa drama lebih me-rupakan lakon yang belum dipentaskan; atau skrip
yang belum diproduksikan; atau teks yang belum dipanggungkan; atau hasil kreasi
pengarang yang dalam batas-batas tertentu masih bersifat teoritis. Sementara
itu teater lebih merupakan performansi dari lakon; atau produksi dari skrip;
atau pemanggungan dari teks; atau hasil interpretasi aktor dari kreasi
pengarang yang dalam batas-batas tertentu bersifat mempraktekkan.
Mengapresiasi drama sebagai sastra
(terutama jika menggunakan pendekatan obyektif) tidak dapat dilepaskan dari
memahami elemen-elemen atau unsur-unsur drama yakni : alur (plot) bahasa lakon
(terutama dialog), dan tokoh (character). Namun hendaklah diingat bahwa
ketiganya (plot, dialog dan character) bukanlah monopoli drama, oleh karena
prosa fiksi pun memiliki elemen-elemen tadi.
Dari sini jelas bahwa perbedaan
antara novelis dengan penulis lakon dalam menyajikan tokoh, terletak pada alat
yang digunakan. Penulis lakon menggunakan alat dialog dan aksi. Sementara itu
novelis akan menggunakan alat dialog dan wacana narator (narrator’s
discourse).Dari apa yang telah disajikan di atas semakin jelaslah bahwa
elemen-elemen drama dalam batas-batas tertentu terdapat juga di dalam prosa
fiksi.
4. PROSA FIKSI
Istilah prosa fiksi banyak
padanannya. Kadang-kadang di sebut : narrative fiction, fictional narrative,
prose fiction atau hanya fiction saja. Kata Latin fictionem dari kata fingere
artinya menggambarkan atau menunjukkan. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi
sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai “Bentuk
cerita atau prosa kisahan yang mempunyai peme-ran, lakuan, peristiwa, dan alur
yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi” (Saad & Moeliono). Istilah
cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, atau novel, atau cerita pendek.
4.1 Nilai-nilai di dalam prosa fiksi
Yang dimaksud dengan nilai di sini
adalah persepsi dan pengertian yang diperoleh pembaca lewat sastra (prosa
fiksi). Hendaknya disadari bahwa tidak semua pembaca dapat mem-peroleh persepsi
dan pengertian tersebut. Ini hanya dapat diperoleh pembaca, apabila sastra
menyentuh diririya. Nilai tersebut tidak akan diperoleh secara otomatis dari
membaca. Dan hanya pembaca yang berhasil mendapat pengalaman sastra saja yang
dapat merebut nilai-nilai dalam sastra.
(a). Prosa fiksi memberikan kesenangan
Keistimewaan
kesenangan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan
pengalaman sebagaimana jika mengalaminya sendiri peristiwa atau keja-dian yang
dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imaginasinya untuk mengenal daerah atau
tempat yang asing, yang belum dikunjunginya, atau yang tak mungkin dikunjungi
selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing
tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai suatu
sukses. Namun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa tempat atau tokoh dalam
fiksi itu mirip dengan manusia manusia atau tempat-tempat dalam kehidupan
sehari-hari.
Kecuali
kenikmatan literer, fiksi juga memberikan kesenangan yang berupa stimulasi
intelektual. Ini datang dari adanya ide-ide, wawasan-wawasan, atau
pemikiran-pemikitan yang baru, yang aneh, yang luar biasa, bahkan juga yang
mungkin sangat membahayakan jika diungkap-kan bukan lewat sastra.
(b). Prosa fiksi memberikan informasi.
Fiksi
memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi. Jika
kita memerlukan suatu fakta, maka kita dapat membuka buku. Tetapi jika kita
menginginkan wawasan yang berbeda dari apa yang ada di dalam fakta, maka kita
harus memilih sastra. Dari sastra mungkin kita akan mendapatkan nilai-nilai
dari sesuatu yang mungkin di luar perhatian kita. Dari novel sering kita dapat
belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalistik tentang
kehidupan masa kini, kehidup-an masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan
datang, atau kehidupan yang sama sekali asing. (Kita ingat misalnya Robinson
Crusoe (Defoe) atau Perjalanan ke Akhirat (Djamil Suherman).
Fiksi juga
memberikan ide atau wawasan yang lebih dalam daripada sekedar fakta yang hanya
bersifat meng-gambarkan. Dari fiksi dapat dipahami tentang kelemahan,
ketakutan, keterasingan, atau hakekat manusia lebih daripada apa yang
disajikan oleh buku-buku psikologi, sosiologi, atau anthropologi.
Fiksi
bersifat mendramatisasikan, bukan hanya sekedar menerangkan seperti misalnya
buku teks psikologi. Mendramatisasikan, berarti mengubah prinsip-prinsip
abstrak menjadi suatu kehidupan atau lakuan/tindakan (action). Kita jadi ingat
misalnya pada Ziarah (Iwan Simatupang) yang merupakan dramatisasi atau fisikalisasi
dari ide keterasingan kehidupan manusia, sebagaimana diperankan oleh profesor
filsafat itu.
(c).
Prosa fiksi memberikan warisan kultural.
Pelajaran
sejarah dapat memberikan sebagian warisan kultural kepada mahasiswa; demikian
pula dengan pelajaran matematika, seni, dan musik. Para mahasiswa yang
mempelajari bahasa dan sastra akan memperoleh kontak dengan : impian-impian,
harapan-harapan, dan aspirasi-aspirasi, sebagai akar-akar dari kebudayaan.
Prosa fiksi dapat menstimulai imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan
yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.
Novel-novel
yang terkenal seperti : Sitti Nurbaya, Salah Asuhan, Layar Terkembang
mengungkapkan impi-an-impian, harapan-harapan, aspirasi-aspirasi dari generasi
yang terdahulu yang seharusnya dihayati oleh generasi kini. Bagi bangsa
Indonesia novel-novel yang berlatar belakang perjuangan revolusi seperti Jalan
Tak Ada Ujung, Perburuhan, jelas merupakan buku novel yang berarti, sementara
kita menyadari bahwa revolusi itu sendiri adalah suatu tindakan heroisme yang
mengagumkan dan memberikan kebanggaan.
(d). Prosa fiksi memberikan keseimbangan wawasan.
Lewat prosa
fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalamannya
dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesem-patan untuk
memilih respon-respon emosional atau rang-kaian aksi (action) yang mungkin
sangat berbeda daripa-da apa yang disajikan oleh kehidupan sendiri. Rangkaian
aksi itu sendiri mungkin tidak pernah ada dan tidak pernah terjadi di dalam
kehidupan faktual.
Adanya
semacam kaidah kemungkinan yang tidak mungkin dalam fiksi inilah yang
memungkinkan pembaca untuk dapat memperluas dan memperdalam persepsi dan
wawasannya tentang tokoh, hidup, dan kehidupan manusia. Dari banyak memperoleh
pengalaman sastra, pembaca akan terbentuk keseimbangan wawasannya, terutama
dalam menghadapi kenyataan-kenyataan di luar dirinya yang mungkin sangat
berlainan dari pribadinya. Seorang dokter yang dianggap memiliki status sosial
tinggi, tetapi ternyata mendatangi perempuan simpanannya walaupun dengan
alasan-alasan psikologis, seperti dikisahkan novel Belenggu, adalah contoh dari
“the probable impossibility.” Tetapi justru dari sinilah pembaca memperluas
per-spektifnya tentang kehidupan manusia.
Kesanggupan
sastra (fiksi) untuk menembus pikiran dan emosi seperti itu dapat memberikan
impaknya yang luar biasa. Beberapa novel kadang-kadang menyajikan suatu wawasan
atau pemikiran yang subtil, bahkan sampai kepada yang “gila” (Ingat beberapa
novelet Putu Wijaya).
4.2 Aspek ekstrinsik prosa fiksi.
Faktor sejarah dan lingkungan
seringkali dapat dibuktikan ada kaitannya dengan sebuah cipta sastra (fiksi).
Dengan kata lain kekuatan-kekuatan di dalam masyarakat atau lingkungan itulah
justru memiliki pengaruh yang kuat pada diciptakanya sebuah karya prosa fiksi.
Sehingga kejadian-kejadian yang bersamaan dalam proses pembuatan sebuah karya
prosa fiksi seringkali menjadi ide dan inspirasi dari pengarangnya.
Konsepsi
Budaya Dasar Dalam Seni Rupa
1. HAKEKAT SENI RUPA.
Keutuhan manusia sebagai pribadi
dapat dimungkinkan melalui pemahaman, penghayatan dan meresapkan nilai-nilai
yang terkandung dalam suatu karya seni rupa sebagai salah satu bagian dari
kebudayaan. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang dianugerahi pikiran,
perasaan dan kemauan secara naluriah memerlukan pranata budaya untuk menyatakan
rasa seninya, baik secara aktif dalam kegiatan kreatif, maupun secara pasif
dalam kegiatan apresiatif.
Dalam kegiatan apresiatif, yaitu
mengadakan pendekatan terhadap seni rupa seolah-olah kita memasuki suatu alam
rasa yang kasat mata. Seni rupa sebagai karya seni yang nampak rupa seolah-olah
hanya dapat dihayati dengan indra mata. Maka itu kadang-kadang seni rupa itu
disamakan dengan seni visual, yakni seni yang aktifitasnya erat sangkut pautnya
dengan visi indrawi (mata) Tetapi sebenarnya seni rupa itu lebih dari yang
hanya bersifat lahiriah semata, yakni lebih dalam lagi dan meliputi pula visi
bathiniah.
Seni rupa sebagai karya yang kasat
mata, perwujudannya itu adalah merupakan wadah pembabaran idea yang bersifat
bathiniah Dalam mengadakan pendekatan terhadap seni rupa seluruh pancaindra
kita, khususnya penglihatan, perabaan dan perimbangan kita terlibat dengan
asyiknya terhadap bentuk seni rupa itu yang terdiri dari aneka warna, garis,
bidang, tekstur dan sebagainya yang bersifat lahiriah itu untuk seterusnya
menguak alam kesadaran jiwa kita untuk lebih jauh menghayati isi yang terbabar
dalam karya seni rupa itu serta idea yang melatar belakangi kehadirannya.
Maka itu dalam mengadakan pendekatan
terhadap karya seni rupa kita tidak cukup hanya bersimpati terhadap karya seni
rupa itu, tetapi lebih dari itu yaitu secara empati (empathy). Empati berasal
dari kata Yunani yang berarti Terasa di dalam, sedangkan simpati yang juga berasal
dari kata Yunani berarti merasa dengan. Jadi dalam menghayati suatu karya seni
secara empati berarti kita menempatkan diri kita ke dalam karya seni itu.
“Seorang pribadi yang berempati
orang ini mencoba melihat dunia dari makhluk manusia lain, melalui mata dari
orang lain. Empati memerlukan keterlibatan, imajinasi, pengertian, identifikasi
dan interaksi. Dengan faktor-faktor tersebut maka kualitas empati lebih
meningkat”
Dengan kesediaan kita mempelajari
suatu karya seni secara empati, yaitu mencoba memahami apa yang sebenarnya
terbabar dalam karya seni itu, baik terhadap karya seni yang berasal dari jaman
lampau maupun dari masa kini dari daerah yang sama atau berjauhan,berarti kita
telah terbuka untuk memahaminya.
Memang, pada dasarnya manusia bersifat
sukar memahami manusia lainnya, termasuk bersifat sukar menerima karya seni
bentuk-bentuk asing. Pemahaman terhadap karya seni bentuk-bentuk asing seperti
karya seni rupa prmitif atau karya seni rupa kuno, bahkan juga terhadap karya
seni rupa modern tidaklah mudah, Satu syarat yang masih dituntut oleh seni
modern yang bahkan merupakan ciri khasnya, ialah kreativitas. Dari sebuah
perkataan ini tercantumlah beberapa sifat yang merupakan gejala-gejalanya. Oleh
karena itu untuk menghindarkan istilah modern yang bermuka banyak itu tadi, ada
yang menamai seni modern itu dengan “seni kreatif”. Contoh, karya-karya seni
rupa modern adalah karya-karya seniman :
a.Paul
Cezane,
b.Paul
Gauguin,
c.Vincent
van Gogh,
d.Pablo
Picasso,
e.Naum Gabo,
f.Antoine
Pevsner,
g. Ozcenfant,
h.Marinelti,
i.Mari
Utrillo,
j.Max
Chagal,
k.Henry
Moor,
l.Kandinsky
dan sebagainya.
Di Indonesia kita mengenal seniman pelukis dan pemahat
modern antara lain:
- Affandi,
- Popo
Iskandar,
- Zaini,
- G.
Sidharta,
- Klul,
- Cokot,
- Ida
Bagus Nyana dan sedcretan scniman muda lainnya
Karya-karya mereka (sebagian)
dipajang di becrapa lempat scperti :Balai Scni Rupa Pusat di Jakarta, Museum
Affcndi di Yogyakarta, Museum bali di Dcnpasar, Museum Ralna Warta di Ubud
(Bali), Pusat Kcsenian Bali di Dcnpasar, Museum Sctcja Neka di Ubud (Bali) dan
di bebcrapa tempat kolcktor lainnya.
2. BEBERAPA GAYA, CORAK, ATAU ISME SENI RUPA.
Di muka telah di singgung, bahwa
kclahiran karya-karya seni rupa yang berbeda-beda pada liap-liap jaman
dikarcnakan masing-masing jaman itu mcmiliki aliran-aliran pikiran yang
berbeda-beda. Masing-masing jaman mclahirkan karya-karya scni rupa dengan
ciri-cirinya masing-masing. Ada kalanya pada satu jaman lahir aliran-aliran
pikiran yang berbeda-beda, schingga melahirkan pula corak karya seni rupa yang
berbeda.
Jadi yang dimaksud dengan gaya dalam
seni rupa adalah corak atau isme yang dikarenakan aliran-aliran pikiran yang
mendorong alau mclatar belakangi kelahiran karya scni rupa itu.
Karena adanya perbedaan-perbedaan
konsepsi pikiran dari masing-masing jaman, maka masing-masing jaman mclahirkan
kcsenian yang mem-punyai ciri-ciri yang khusus. Adanya bermacam gaya, corak
atau isme.itu mempunyai pesona-pesona sendiri yang khusus dan khas. Di samping
itu, tiap-tiap aliran corak, gaya atau ismc itu mempunyai tujuan tcrtcntu atau
fungsi sendiri-sendiri. Atau tiap-tiap aliran itu mempunyai cita-cita seni sendiri,
sesuai dengan pikiran jamannya.
Karena cila-cita seni itu
berbeda-beda, yang satu ke arah kemanusiaan, yang satunya kc arah ke Tuhanan dan
sebagainya, maka karya-karya seni itu memperlihatkan wujud yang berbeda-beda.
Namun demikian kesenian mempunyai aspek-aspek persamaan.
Kesenian Primitif
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa
mutu suatu ciptaan terutama pada sifatnya yang khas, yang tak ada pada ciptaan
lain untuk mencari karya yang khas, unik dan tidak ada duanya itu, maka orang
menoleh ke masa seni primitif.
Kesenian primitif kesederhanaannya
menimbulkan kesan yang mengagumkan. Kesenian primitif tidak di buat atas dasar
sadar artistik tctapi dibuat atas dasar sadar magis. Benda yang dibuat tidak
ditujukan sama sekali untuk benda seni yang menarik (artistik), tapi sebagai
benda sakti. Contoh : patung-patung suku Asmat dari Irian sungguh menarik
pesona seni orang-orang modern, meskipun karya-karya itu tidak memiliki
keindahan menurut pesona seni klasik.
Kita sering keliru menilai suatu
karya seni dan menilai tidak dari karya scni itu sendiri pada jamannya,
melainkan dengan kriteria dari luar jaman karya scni itu. Biasanya kita
menggunakan ukuran masa kini atau masa klasik untuk menilai karya seni
primitif. Gaya klasik semula dimaksudkan ialah kesenian Yunani kuno.
Di Indonesia kesenian dan
kesusastraan Hindhu dianggap klasik. Kadang-kadang kesusastraan melayu juga di
scbut klasik. Ciri-ciri seni klasik adalah tenang, harmonis, symetris atau
seimbang. Contoh: wayang kulit, patung dari jaman Hindhu dan sebagainya.
Lawan dari klasik ialah seni
romantik, yang dengan sadar mengingkari keseimbangan klasik, bentuk teratur dan
tradisional. Sedangkan romantik menyampingkan realitas dan mengikuti emosi,
terutama cmosi yang dramatis dan tragis yang amat menarik. Para scniman
romantik mengubah ralitas dengan berdasarkan fantasinya dan selanjutnya
seolah-olah hidup di dalam impian.
Dengan demikian wajarlah para
seniman romantik mencari obyek yang biasa merangsang fantasi-fantasinya dan
bisa memberi jalan untuk melahirkan rasa romantisnya. Pelukis romantis
Indonesia yang terkenal adalah Basuki Abdullah dengan buah karyanya yang
menawan penggemarnya.
Di Barat romantik berkembang pada
bagian akhir abad ke 18 atau pada permulaan abad ke 19, bersamaan dengan aliran
neo-klasik.
Neo-klasik adalah aliran yang
berorientasi pada kcbcnaran dan kcindahan Recoco yang berkembang di Perancis
pada pertcngahan abad ke 18 (*).
Apabila gaya rococo mcncerminkan
kehalusan dan pcrmainan cinta serta keingingan menghias tanpa tujuan tertentu,
maka gaya neo-klasik ialah suatu jawaban terhadap kerinduan pada masa silam
dari kcscnian negara tua. Ciri-cirinya:
1). mengagung-agungkan bentuk,
2). komposisi seimbang,
3). gerak tidak berlebih-lebihan,
4). warnanya dingin dan
5). obyek tentang sejarah dan
mitologi
Contoh karya neo-klasik adalah karya-karya Jacques
Louis David yang menunjukkan adanya kemahiran dalam anatomi dan kctclitian
dalam membuat lipatan-lipatan kain serta penyusunan figur-figur secara
scimbang.
Perbedaannya dengan corak Barok
nampak jelas. Gaya Barok litik berat di scgala jurusan, tidak ada kescimbangan
synctris. Warna dan sinar kontras dan scrba bcrgcrak. Ukuran tafril scrba
besar. Sedangkan seni klasik, titik bcrat pada tengah-tengah lukisan, scimbang
dan symetris. Karya korcvoor dan Hcsscling adalah salah satu contoh gaya Barok
yang mempcrlihatkan bcrmacam-macam efck yang bcrgerak dengan kontras yang kuat
sckali.
Sesudah gaya romantik,
berturut-turut limbul realisme, impresionisme dan ekspresionesme. Realisme
dibedakan dengan naturalisme. Realisme tidak seperti halnya romantik yang
hanyut pada emosi individual, melainkan tingkah laku di dunia pada umumnya.
Jadi terletak pada arah kebenaran umum dalam hal ini kehidupan sosial. Di Barat
karya Daumier adalah contoh yang baik unluk gaya realisme. Dan di Indonesia
kita dapat menunjuk karya-karya Henk Ngantung yang menggambarkan kchidupan para
petani buruh dan nelayan dari tingkat kelompok sosial bawah.
Gaya Racoco >
Hanya dipakai dalam interior rumah
(pintu, mebel, barang-barang kerajinan dan sebagainya) yang ditaati oleh
pemakai ornamen yang berlebih-lebihan seperti motif sulur-sluran daun,
Apa yang telah di paparkan di atas sebagai
gaya realis yang berbeda dengan gaya naturalis. Gaya naturalis selalu
mewujudkan seperti terlihat dalam alam. Dalam lukisan naturalis seniman
menghubungkan hal-hal kecil scbanyak mungkin, membangun lukisan secara teliti
dan tcrperinci dengan selalu mengulang supaya mirip dengan benda scsungguhnya
secara foto grafis dengan mempcrhatikan bentuk maupun tekstur, refleksi warna
dari satu benda terhadap yang lain dan sebagainya. Contoh karya naturalis yang
banyak adalah karya-karya Abdullah Suryo Subroto yang senang melukis
obyek-obyek pemandangan di sekitar gunung Merapi dan alam pegunungan yang
indah.
Apabila aliran naluralis sangal
leliti dalam melukis obyeknya, tidak demikian halnya dengan aliran
imprcsionismc. Naturalisme mcnimbulkan kesan efck yang pcrmanen dan abadi,
scdang imprcsionisme mcrupakan hasil dari pcrtumbuhan keadaan scpintas lalu
serta pcrcobaan scketika. Imprcsionismc menunjukkan kesan-kesan scketika atau
scsaat dan tidak pcrmanen. Pclukis imprcsionismc tidak Iagi mcncliti dengan
ccrmat bentuk-bentuk obyeknya.
a. Surrealisme
Aliran untuk melukiskan suatu
aktivitas jiwa manusia yakni aktivitas jiwa yang masih dalani kcadaan bebas,
yang belum terkekang oleh kaidah-kaidah logika, etika, estetika dan scbagainya.
Lukisan dengan aliran ini kebanyakan menyerupai bentuk-bentuk yang sering
ditemui di dalam mimpi. Pelukis berusaha untuk mengabaikan bentuk secara
keseluruhan kemudian mengolah setiap bagian tertentu dari objek untuk
menghasilkan sensasi tertentu yang bisa dirasakan manusia tanpa harus mengerti
bentuk aslinya.
Jadi surrealisme ini hendak
melukiskan pcngalaman manusia secara scdalam-dalamnya. Aliran ini lahir sejak
terbitnya manifes yang di tulis oleh A. Breton (manifesto du surrcalisme) pada
tahun 1942 dan memuneak an-tara tahun 1934 – 1938. Karya-karya yang tergolong
surrealis adalah buah karya : Savador Dali, M. Chagall dan Paul Klce.
b. Kubisme
Adalah aliran yang cenderung melakukan
usaha abstraksi terhadap objek ke dalam bentuk-bentuk geometri untuk
mendapatkan sensasi tertentu. Salah satu tokoh terkenal dari aliran ini adalah
Pablo Picasso . adalah nama bagi suatu aliran dalam scni lukis dan seni pahat
modern yang lahir pada tahun 1908. Aliran ini mula bcrtujuan untuk
mempcrsahajakan benda-benda menjadi bentuk-bentuk geomctris, kemudian lcbih
bcrcorak dekoratif dan non obyektif.
Penganjuran pcrtama adalah Pablo
Picasso dan Brauquc. Karya Pablo Picasso yang bcrgaya kubisme yang tcrkcnal
adalah lukisannya yang bcrjudul “Guernice” (1937). Sebenarnya lukisan ini
kombinasi gaya ekspresionisme, surrealisme dan kubisme. Lukisan ini adalah buah
dari reaksi kemarahan Picasso atas pengeboman scmcna:mcna olch angkatan udara
Jerman atas Guernice yang sama sckali tidak dipertahankan secara milker.
c. Romantisme
Merupakan aliran tertua di dalam sejarah seni lukis
modern Indonesia. Lukisan dengan aliran ini berusaha membangkitkan kenangan
romantis dan keindahan di setiap objeknya. Pemandangan alam adalah objek yang
sering diambil sebagai latar belakang lukisan. Romantisme dirintis oleh
pelukis-pelukis pada zaman penjajahan Belanda dan ditularkan kepada pelukis
pribumi untuk tujuan koleksi dan galeri di zaman kolonial. Salah satu tokoh
terkenal dari aliran ini adalah Raden Saleh
d.
Ekspresionisme
Ekspressionisme adalah kecenderungan seorang seniman
untuk mendistorsi kenyataan dengan efek-efek emosional . Ekspresionisme bisa
ditemukan di dalam karya lukisan , sastra , film , arsitetur , dan musik . Istilah
emosi ini biasanya lebih menuju kepada jenis emosi kemarahan dan depresi
daripada emosi bahagia.
Pelukis Matthias Grünewald dan El Greco bisa disebut ekspresionis. seniman berusaha mengungkapkan kesadaran jiwanya yang dalam terhadap obycknya. Jadi corak cksprcsionismc ilu scsungguhnya mcnggambarkan bagaimana scsungguhnya pcrasaan jiwanya tcrhadap obycknya, bukan lagi mcngambarkan kesan rasan luar dari sualu obyck. Corak cksprcsionismc lcbih mcmcntingkan cksprcsi, yaitu pcrnyataan balhin yang sclalu tumbuh karcna dorongan akan mcnjclmakan pcrasaan atau buah pikiran . Pada corak ekspresionismc itu yang diutamakan adalah inti-sari atau hakekat, jadi soal “di dalam” atau ada juga yang mcngatakan soal “kejawaan”.
Pelukis Matthias Grünewald dan El Greco bisa disebut ekspresionis. seniman berusaha mengungkapkan kesadaran jiwanya yang dalam terhadap obycknya. Jadi corak cksprcsionismc ilu scsungguhnya mcnggambarkan bagaimana scsungguhnya pcrasaan jiwanya tcrhadap obycknya, bukan lagi mcngambarkan kesan rasan luar dari sualu obyck. Corak cksprcsionismc lcbih mcmcntingkan cksprcsi, yaitu pcrnyataan balhin yang sclalu tumbuh karcna dorongan akan mcnjclmakan pcrasaan atau buah pikiran . Pada corak ekspresionismc itu yang diutamakan adalah inti-sari atau hakekat, jadi soal “di dalam” atau ada juga yang mcngatakan soal “kejawaan”.
Oleh karena yang diungkapkan soal kejiwaan,
scdangkan jiwa itu scsuatu yang abstrak, maka wujudnya ada kalanya abstrak.
Corak eksporcsionismc inilah mcnjadi dasar scni modern dengan bebcrapa
cabangnya sepcrti: kubisme, fauvismc, purismc, futurismc, dadaisme,
sur-realisme, naif-primitifismc dan scbagainya.
e. Impresionisme
Impresionisme adalah suatu gerakan
seni dari abad 19 yang dimulai dari Paris pada tahun 1860an . Nama ini awalnya
dikutip dari lukisan Claude Monet , ” Impression, Sunrise ” (“Impression,
soleil levant”) . Kritikus Louis Leroy menggunakan kata ini sebagai sindiran
dalam artikelnya di Le Charivari .
Karakteristik utama lukisan impresionisme adalah
kuatnya goresan kuas, warna-warna cerah (bahkan banyak sekali pelukis
impresionis yang mengharamkan warna hitam karena dianggap bukan bagian dari
cahaya), komposisi terbuka, penekanan pada kualitas pencahayaan, subjek-subjek
lukisan yang tidak terlalu menonjol, dan sudut pandang yang tidak biasa.
Impresionisme menjadi pelopor berkembangnya aliran-aliran seni modern lain
seperti Post-Impresionisme , Fauvisme , and Kubisme . Ia memiliki ciri khas:
·Goresan kuas
pendek dan tebal dengan gaya mirip sketsa, untuk memberikan kemudahan pelukis
menangkap esensi subjek daripada detailnya.
·Warna
didapat dengan sesedikit mungkin pencampuran pigmen cat yang digunakan.
Diharapkan warna tercampur secara optis oleh retina .
·Bayangan
dibuat dengan mencampurkan warna komplementer (Hitam tidak digunakan sebagai
bayangan).
·Cat tidak
ditunggu kering untuk ditimpa dengan warna berikutnya.
·Pengolahan sifat
transparansi cat dihindari.
·Meneliti
sedetail mungkin sifat pantulan cahaya dari suatu objek untuk kemudian
diterapkan di dalam lukisan.
·Dikerjakan
di luar ruangan
Apabila warna yang diletakkan terpisah (berjajar) satu
persatu yang mempertinggi kecemerlangan warna terhadap yang lain. Hasilnya
melahirkan efek-efek yang menggetar pada mala pengamal. Contoh karya-karya
impresionisme adalah karya-karya seniman : Monet, Manet, Vincent van Gogh dan
sebagainya. Di Indonesia karya Gusti Ngurah Gede Pemecutan yang bergaya
pointilismc adalah salah salu contoh gaya impresionismc.
Apabila gaya imprcsionismc hanya
menangkap kesan luar dari suatu Obyek yang dilukiskannya dengan warna cahaya
yang mclclch, lain halnya dengan ekspresionisme. Aliran ini mengulamakan (untuk
dilukis) kesan llahi yang bcrsifat bathiniah. Melalui ekspresionisme, seniman
sedang berusaha mengungkapkan pcrasaan yang biasanya ada, ialah sesualu yang
nenyedihkan. Tidak ada suatu kemungkinan unluk melihat lukisan-lukisan macam
ini, tanpa merasakan sesuatu dari konflik bathin yang menggcrakkan Jiwa.
Lukisan ekspresionisme memaksa pengamat berfikir tentang bentuk fieri a dislori
warna yang dipcrgunakan sebagai bahasa oleh pelukisnya. Contoh karya Vincent
van Gogh dan El Greco. Di Indonesia karya-karya Affandi adalah contoh yang baik
bagi gaya cksprcsionismc.
f. Post-Impresionisme
Post-Impresionisme adalah suatu
masa yang masih dipengaruhi sisa-sisa impresionisme. Pada awal 1880 pelukis
mulai mengeksplorasi sisi lain dari penggunaan warna, pola, bentuk, dan garis
yang sedikit berlawanan dari pencapaian impresionisme. Pelukis pada era ini
contohnya adalah Vincent Van Gogh , Paul Gauguin , Georges Seurat dan Henri de
Toulouse-Lautrec . Camille Pissarro , yang sebelumnya adalah seniman
impresionis kemudian mengembangkan gaya pointilisme . Monet meninggalkan
kewajiban melukis di luar ruangan. Paul Cézanne , meskipun telah tiga kali
terlibat dalam pameran impresionis, kemudian mengembangkan gayanya tersendiri.
Karya seluruh seniman ini meskipun tidak lagi menganut aliran impresionisme
namun masih mengandung unsur-unsur dasarnya.
g. Fauvisme
Fauvisme adalah suatu aliran dalam
seni lukis yang berumur cukup pendek menjelang dimulainya era seni rupa modern.
Nama fauvisme berasal dari kata sindiran “fauve” (binatang liar) oleh Louis
Vauxcelles saat mengomentari pameran Salon d’Automne dalam artikelnya untuk
suplemen Gil Blas edisi 17 Oktober 1905, halaman 2. Kepopuleran aliran ini
dimulai dari Le Havre , Paris , hingga Bordeaux . Kematangan konsepnya dicapai pada
tahun 1906.
Fauvisme adalah aliran yang
menghargai ekspresi dalam menangkap suasana yang hendak dilukis. Tidak seperti
karya impresionisme , pelukis fauvis berpendapat bahwa harmoni warna yang tidak
terpaut dengan kenyataan di alam justru akan lebih memperlihatkan hubungan
pribadi seniman dengan alam tersebut. Konsep dasar fauvisme bisa terlacak
pertama kali pada 1888 dari komentar Paul Gauguin kepada Paul Sérusier :
“Bagaimana kau menginterpretasikan
pepohonan itu? Kuning, karena itu tambahkan kuning . Lalu bayangannya terlihat
agak biru, karena itu tambahkan ultramarine . Daun yang kemerahan? Tambahkan
saja vermillion .”
Segala hal yang berhubungan dengan
pengamatan secara objektif dan realistis, seperti yang terjadi dalam lukisan
naturalis , digantikan oleh pemahaman secara emosional dan imajinatif. Sebagai
hasilnya warna dan konsep ruang akan terasa bernuansa puitis. Warna-warna yang
dipakai jelas tidak lagi disesuaikan dengan warna di lapangan, tetapi mengikuti
keinginan pribadi pelukis.
Penggunaan garis dalam fauvisme
disederhanakan sehingga pemirsa lukisan bisa mendeteksi keberadaan garis yang
jelas dan kuat. Akibatnya bentuk benda mudah dikenali tanpa harus
mempertimbangkan banyak detail .
adalah aliran dalam scni lukis yang bcrckspcrimcn
dengan bcntuk. Karena kebebasannya mcnggambarkan bentuk, maka oleh pelukis
tradisional disebut “pelukis liar” bahasa Pecrancis (fauvc = binatang liar),
nama yang dikarang olch L. Fauxclles (1903). CIri-cirinya: warnanya kuat,
sapuan-sapuannya lebar bcrjejer berdampingan dan pinggiran warna-war-nanya
dilunakkan. Lahir dan berkembang pada tahun 1904 – 1909. Tokoh-tokohnya :
Matisse, Drain dan Vlaminch.
h. Realisme
Realisme di dalam seni rupa berarti usaha menampilkan
subjek dalam suatu karya sebagaimana tampil dalam kehidupan sehari-hari tanpa
tambahan embel-embel atau interpretasi tertentu. Maknanya bisa pula mengacu
kepada usaha dalam seni rupa unruk memperlihatkan kebenaran, bahkan tanpa
menyembunyikan hal yang buruk sekalipun.
Pembahasan realisme dalam seni rupa bisa pula mengacu
kepada gerakan kebudayaan yang bermula di Perancis pada pertengahan abad 19 .
Namun karya dengan ide realisme sebenarnya sudah ada pada 2400 SM yang
ditemukan di kota Lothal , yang sekarang lebih dikenal dengan nama India .
Dalam pengertian lebih luas, usaha realisme akan
selalu terjadi setiap kali perupa berusaha mengamati dan meniru bentuk-bentuk
di alam secara akurat. Sebagai contoh, pelukis foto di zaman renaisans , Giotto
bisa dikategorikan sebagai perupa dengan karya realis, karena karyanya telah
dengan lebih baik meniru penampilan fisik dan volume benda lebih baik daripada
yang telah diusahakan sejak zaman Gothic .
Kejujuran dalam menampilkan setiap detail objek
terlihat pula dari karya-karya Rembrandt yang dikenal sebagai salah satu perupa
realis terbaik. Kemudian pada abad 19, sebuah kelompok di Perancis yang dikenal
dengan nama Barbizon School memusatkan pengamatan lebih dekat kepada alam, yag
kemudian membuka jalan bagi berkembangnya impresionisme . Di Inggris, kelompok
Pre-Raphaelite Brotherhood menolak idealisme pengikut Raphael yang kemudian
membawa kepada pendekatan yang lebih intens terhadap realisme.
i. Naturalisme
Naturalisme di dalam seni rupa
adalah usaha menampilkan objek realistis dengan penekanan seting alam. Hal ini
merupakan pendalaman labih lanjut dari gerakan realisme pada abad19 sebagai
reaksi atas kemapanan romantisme . Salah satu perupa naturalisme di Amerika
adalah William Bliss Baker , yang lukisan pemandangannya dianggap lukisan
realis terbaik dari gerakan ini. Salahs atu bagian penting dari gerakan
naturalis adalah pandangan Darwinisme mengenai hidup dan kerusakan yang telah
ditimbulkan manusia terhadap alam.
j. Purisme,
Adalah aliran dalam seni lukis yang
amat menyederhanakan elcmen-clemcn kontruksi dan sangat membatasi pemakaian
warna. Bahkan dikatakan, purisme adalah pcngolahan lcbih lanjut tcrhdap
kubisme. Tokoh-nya adalah Ozenfant.
k. Futurismc,
Suatu gcrakan sastra yang bcrcorak
politik. Lahir olch scorang Italia F.T. Marinelti dengan suatu manifes yang menganjurkan
sifat sportif dan pro tcrhadap scgala apa yang dapat memajukan tchnik dan
keccpatan. Sebaliknya ia mencntang kepada apa yang masih berhubungan dengan
waktu lalu. Anti terhadap sctiap sikap yang bcrdasarkan filsafat atau sikap
hidup yang didapatkan secara intclcktualistis. Kchidupan seni rupa waktu itu
sangat dipengaruhi, scbagai rcaksi tcrhadap akademismc yang mundur waktu itu di
Italia.
Lukisan-lukisan futurisme
mcngulamakan gerak sehingga lahir macam-macam gcrak dari suatu benda. Semuanya
dilihat dari pangkal tolak motoris (gerak). Pelukis futuristik melukiskan
benda-benda tidak lagi dari suatu tempat tcrtcntu, tetapi mcngumpulkan
pecnangkapan kesan menjadi satu gambaran atau kombinasi, fragmen dari
pengamatan yang menggugah. Selanjutnya mereka melahirkan gerak dan kekuatan dan
juga buah dan suara dari pada warna dan garis. Mereka mclemparkan jauh-jauh
prinsip pcrspektif.
l. Dadaisme,
Adalah suatu gerakan yang radikal
sekali dikalangan pelukis dan pujangga-pujangga, yang menentang segala macam kesenian
yang telah diakui dan anli terhadap nilai-nilai tradisional.
Pcrkataan “dada” berasal dari bahasa Perancis, yaitu
pcrkataan yang di ucapkan anak kecil baru belajar bcrkata-kata. Perkataan
“dada” juga bcrarti “hobby” suatu pekerjaan yang digemari. Gaya dadaisme muncul
sewaktu Perang Dunia I di Swiss dan mengalami kemajuan dengan pesat sesudah
tahun 1908, tcrutama di Pcrancis dan Jerman. Tokohnya di bidang seni lukis
adalah Hans Arp.
m. Naif- Primitifismc
> aliran dalam seni lukis yang
sederhana kekanak- kanakan. (Naif artinya = kekanak-kanakan; primitif artinya =
sederhana). Aliran ini diikuti oleh pelukis Henri Rousseau (1844 – 1910), Moris
Utrillo dan Marval.
Corak dan gaya seni modern
ekspresionis tidak terbatas oleh obyek-obyek tertentu. la dilanjutkan oleh
sikap bathin si penciptanya. la melampaui batas ruang dan waktu.Akibat daripada
luasnya daerah seni modern itu, maka variasi yang terdapat di dalamnyapun tidak
terhingga pula jumlahnya sehingga tidak mungkin untuk memasukkannya ke dalam sesuatu
devinisi yang normal. Seni modern berkisar dari yang paling realislis sampai
kepada yang paling abstrak.
MANUSIA DAN CINTA KASIH
Cinta kasih, kasih sayang,
kemesraan, pemujaan, dan belas kasihan merupakan bagian hidup diri manusia.
Bentuk-bentuk kehidupan yang dipenuhi rasa cinta kasih dan kasih sayang dapat
membangkitkan kreativitas manusia. Untuk mengungkapkan rasa kasih sayang dan
cinta kasih dapat melalui beberapa media. Melalui media bahasa, lahirlah seni
sastra; dengan media garis, warna, dan bentiik, lahirlah seni rupa; dengan
media nada, irama, dan suara, lahirlah seni musik, dan lain-lain.
Pengkajian makna seni budaya sebagai
manifestasi cinta kasih, kasih sayang, dan belas kasihan terutama yang
berkaitan dengan norma, moral dan nilai dimaksudkan untuk mengembangkan
kepnibadian dan wawasan pemikiran. Hal mi. berarti akan memperluas daya
tanggap, persepsi, dan penalaran mengenai fakta seni budaya yang dihadapi
keseharian.
Menurut Purwodarminto, cinta kasih
adalah perasaan sayang, perasaan cinta, dan perasaan suka pada seseorang.
Secara sederhana cinta dapat dikatakan sebagai paduan rasa simpati antara dua
makhluk. Rasa simpati ini tidak hanya berkembang di antara pria dan wanita,
akan tetapi dapat pula di antara pria dengan pria atau wanita dengan
wanita.Dalam kehidupan keluarga, kasih sayang atau cinta kasih merupakan kunci
kebahagiaan. Dalam kasih sayang, sadar atau tidak sadar dan masing-masing pihak
dituntut rasa tanggung jawab, pcngorbanan, kejujuran, saling percaya, saling
pengertian, saling terbuka, sehingga keduanya merupakan kesatuan yang utuh.
Bila salah satu unsur kasih sayang itu hilang, sebagai misal tanggung jawab,
maka retaklah keutuhan rumah tangga itu. Kasih sayang yang tidak disertai
kejujuran juga dapat mengancam kebahagiaan rumah tangga yang telah terbina.
Cinta kasih memang sangat terkait
dengan kehidupan manusia. Hampir semua manusia mengatakan bahwa cinta adalah
sesuatu yang penting dalam hidup. Namun dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan
orang tidak pernah berpikir tentang apa dan bagaimana cinta itu. Padahal
menurut Erich Fromm, cinta dapat diibaratkan sebagai suatu seni sebagaimana
bentuk seni lainnya, sangat memerlukan pengetahuan dan latihan untuk dapat
menggapainya.
Agar dapat memahami cinta kasih
secara mendalam, berikut akan diuraikan tentang cinta dalam kehidupan
sehari-hari yang selalu menjadi masalah hangat untuk diperbincangkan. Dalam
membina gerakan cinta, yang pertama perlu cepat disadari bahwa yang disebut
cinta sama sekali bukan nafsu. Sulit dihindari bahwa atas dasar cinta murni
yang dirasakan seseorang terhadap orang lain yang berlawanan jenisnya, akhirnya
akan bermuara pada perkawinan, yang akan berlanjut pula pada hubungan seksual.
Oleh karena itu, rasanya sulit diterima bahwa seseorang menyatakan cinta
sejati. Perbedaan cinta dengan nafsu dapat dijelaskan sebagai berikut :
a.cinta
bersifat manusiawi. Pada manusia cinta dapat tumbuh dan berkembang, sedangkan
pada binatang hanya terbatas pada nalurinya untuk melindungi.
b.cinta
bensifat rohaniah, sedangkan nafsu sifatnya jasmaniah. Luapan cinta seseora
memberikan semangat dalam hidupnya dan bagi yang menerimanya dirasakan sebagai
kebahagiaan. Sementara nafsu yang jasmamah cenderung untuk memuaskan dorongan
seksual.
c.cinta
menunjukkan perilaku memberi, sedangkan nafsu cenderung menuntut. Pemberian
cinta dilakukan secara halus karena rohaniab sifatnya, sedangkan dorongan nafsu
mudah dilakukan sebagai paksaan.
Menurut Erich Fromm (1983), cinta
itu terutama memberi bukan menerima dan memberi merupakan ungkapan paling
tinggi dan kemampuan. Hal yang paling penting dalani memberi adalah yang
sifatnya manusiawi, bukan materi. Cinta selalu menyatakan unsur unsur dasar
tertentu, yaitu pengasuhan, tanggung jawab, perhatian, dan pengenalan. Dalam
pengasuhan, contoh yang paling sederhana adalah cinta kasih seorang ibu dalarn
mengasuh anaknya dengan sepenuh hati. Tanggung jawab adalah suatu tindakan yang
benar benar berdasarkan atas suka rela, seperti hubungan antara ayah dengan
keluarganya. Tanggung jawab biasanya wujud penyelenggaraan atas kebutuhan
fisik. Perhatian merupakan suatu perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkait
prihadi orang lain, terutama agar mau membuka dirinya, memperhatikan
sebagaimana seharusnya.
Dalam cinta yang sejati selalu ada
kesungguhan untuk mem bangun hubungan cinta yang ideal dalam mewujudkan
kehidupan yang terbaik. Cinta itu bersifat timbal balik. Cinta itu sebenarnya
praktis, cinta memperbolelikan satu sama lain memperoleh kemajuan dan
kesalahan-kesalahannya. Sebagai ekspresi cinta antara seorang pria dan wanita,
tindakan seksual memperbarui dan menguatkan, membangkitkan kembali kesadaran
insting mereka berdua, misalnya untuk bercinta, untuk bertahan hidup dalam
penderitaan dan kemalangan, dan untuk menikmati kehidupan mereka bersama.
Menurut Sarlito W Sarwono (dalam
Supartono,1996) bahwa cinta ideal memiliki tiga unsur, yaitu keterikatan,
keintiman, dan ikatan adalah adanya perasaan untuk bersama dia, secara
totalitas untuk dia, tidak mau bersama orang lain kecuali dengan dia. Keintiman,
yaitu adanya kebiasaan-kebiasaan dari lingkungan yang menunjukkan bahwa antara
anda dan dia sudah stidah nyaris tak ada jarak lagi. Panggilan-panggilan formal
seperti Ibu, Saudara telah digantikan dengan memanggil sebutan, seperti sayang.
Makan dan minum dalam satu piring atau cangkir tanpa rasa risi, saling memakai
uang tanpa rasa berutang, tidak saling menyimpan rahasia, dan sebagainya.
Kemesraan, yaitu adanya rasa ingin membelai atau dibelai, rasa rindu jika lama
tak ketemu, ungkapan-ungkapan yang mengungkapkan rasa sayang, saling mencium,
merangkul, dan sebagainya.
Berbagai
Bentuk Cinta
Dalam buku “Seni Mencintai”, Erich
Fromm (1983) mengartikan cinta sebagai sikap, suatu orientasi watak yang
menentukan hubungan pribadi dengan dunia keseluruhan, bukan menuju satu “objek”
cinta. Ta mengemukakan tentang macam-macam cinta, yaitu cinta persaudaraan,
cinta keibuan, cinta erotis, cinta diri sendiri, dan cinta pada Allah SWT.
Bersumber dari cinta-cinta tersebut, manusia memberikan kasih sayangnya kepada
yang lain, terutama kepada sesama manusia dalam mewujudkan hubungan pnibadinya.
1. Cinta Persaudaraan
Cinta persaudaraan (agape dalam
bahasa Yunani) diwujudkan manusia dalam tingkah laku atau perbuatannya. Cinta
per saudaraan tidak mengenal adanya batas-batas manusia yang berdasarkan suku
bangsa, bangsa, ataupun agama. Dalam cinta mi semua manusia sama, yaitu sebagai
makhluk ciptaan Allah.
Cinta persaudaraan pada umumnya
melekat dengan sikap tanpa pamrih. Secara filosofis dibuatkan dengan jargon
“cintailah sesamamu sepertiengkau mencintaidirimu sendiri”.
2. Cinta Keibuan
Kasih sayang yang bersumber pada
cinta keibuan yang paling ash adalah yang terdapat pada seorang ibu terhadap
anak kandungnya. Seorang ibu yang memperoleh benih anak dan suaminya tercinta
akan memeliharanya secara hati-hati dan penuh kasih sayang. Setelah anak lahir
melalui penderitaan yang hebat dan ibu, dirawat dan diasuhlah anak dengan penuh
kasih sayang. Dalam proses pengasuhan itu terdapat serangkaian tugas yang harus
dilakukan ibu, yaitu menyusui, merawat, menemani, memandikan, membelai, dan
sebagainya. Bagi seorang ibu tidak ada harta yang paling berharga kecuali
kehadiran anak, yang dianggap sebagai buah hati.
3. Cinta Erotis
Kasih sayang yang bersumber dan
cinta erotis (sifat membirahikan), memang merupakan suatu yang sifatnya
eksklusif sehingga sering memperdayakan cinta yang sebenarnya. Hal mi terjadi
karena antara cinta dan nafsu dipersepsikan secara sama. Padahal jika dicermati
secara seksama, keduanya memihiki pengertian yang berbeda bahkan bertolak
belakang. Kasih sayang dalam cinta erotis merupakan kontak seksual yang ash dan
yang ideal bersumber dan cinta. Kasih sayang erotis dapat menjadi perekat
hubungan suami istri dalam membina hidup berkeluarga.
4. Cinta Diri Sendiri
Pada din individu, di samping harus
mencintai sesama juga ada keharusan mencintai din sendiri (self love). Banyak
orang menafsirkan bahwa cinta kepada din sendiri identik dengan & Jika hal
mi yang terjadi maka cinta pada din sendiri int nilai negatif. Namun esensi mencintai
din sendiri Incrigurus din sendiri sehingga kebutuhan jasmani dan rohaninya
terpenuhi secara wajar. Setiap individu wajib niencintai dininya sendiri.
5. Cinta pada Allah
Cinta pada Allah merupakan
perwujudan pengabdian manusia ketika hidup di dunia. Orang yang cinta pada
Allah umumnya disebut religius atau taat beragama.
Hakikat
Cinta
Eksistensi manusia adalah
koeksistensi. Tidak ada manusja yang bisa hidup sendirian tanpa adanya orang
lain, dan kekuatan yang menyatukan manusia dengan manusia lain ialah cinta.
Relasi antara manusia tidak akan berarti tanpa didasarkan atas cinta.
Cinta membuat “aku” dan “kamu”
menjadi “kita”. Dan “kita” adalah communion (kebersamaaan). Untuk mencapai
kebersamaan yang ideal diperlukan keterbukaan dan kesediaan tiap manusia untuk
membangun relasi antar pribadi yang bersifat kreatif,
maka jelaslah bahwa cinta merupakan
kebutuhan dasar bagi perkembangan hidup manusia.
Jika kebutuhan ini tidak dipenuhi,
maka orang akan mengalami gangguan serius. Manusia membutuhkan cinta seperti
halnya makanan, karena itu cinta harus diupayakan terus agar tidak punah.
Caranya orang harus saling memberikan cinta.
Keadilan dan Cinta > “Betas kasih di atas keadilan”,
pernyataan tersebut dikatakan apabila yang memberi betas kasih itu juga yang
memiliki hak, Misalnya seseorang tertangkap sedang melakukan kejahatan,
kemudian ia meminta maaf kepada orang banyak supaya diberi belas kasih, tidak
dibawa ke kantor polisi. Hukuman kepada pencuri itu adalah hak warga
masyarakat.
Cinta Sejati > Ada pandangan yang menyebutkan bahwa
cinta sejati dapat diwujudkan oleh manusia. Alasannya ada 2, yaitu:
1.Cinta
sejati bukan objek statis, tetapi situasi yang terus berkembang ke kehidupan
yang lebih bahagia. Ini tidak mungkin diupayakan dengan sekali langkah, melainkan
melalui proses jatuh bangun berkali-kali.
2.Karena
manusia memiliki dimensi rohani yang bersifat tak terbatas. Dengan terbuka
terhadap daya rohani itulah dapat diwujudkan suasana damai dan bahagia. Contoh
cinta sejati adalah cinta ibu kepada anaknya.
MANUSIA DAN
KEINDAHAN
Manusia adalah sesuatu yang indah,
karena mereka menyukai terhadap keindahan alam maupun terhadap keindahan
seni. Keindahan alam adalah ‘keharmonisan yang menakjubkan dan hukum-hukum
alam”, yang dibukakan untuk mereka yang mempunyai kemampuan untuk menerimanya.
Sedangkan keindahan seni adalah keindahan buatan atau hasil ciptaan manusia,
yaitu buatan seseorang (seniman) yang mempunyai bakat untuk menciptakan sesuatu
yang indah, scbuah karya seni. Rata-rata manusia terhadap yang indah tentu
mengambil sikap terpesona. Bahwasannya tidak scmua orang memuliki kepekaan
keindahan itu memang benar, tetapi pada umumnya manusia mempunyai perasaan
keindahan.
Keindahan yang diperbincangkan dalam
tulisan ini adalah keindahan seth, sehingga tidak terlepas dan pembicaraan
tentang seni atau karya seni (keindahan seni, seni sebagai intuisi dan
cita-cita seni). Keindahan tentang seni telah lama menarik perhatian para ahli
atau filosof, sejak jaman Plato sampai jaman modern sekarang ini. Teori tentang
keindahan seni (artistik) muncul, karena mereka berpendapat bahwa seni adalah
pengetahuan per septip pcrasaan yang khusus. lstilah “estetika”, yang
dikemukakan untuk pertama kali oleh Baumgarten, dipergunakan
untuk membicarakan teori tentang keindahan seni (artistik). Kemudian pengertian
estetika berkenibang, akhir-akhir ini diberi arti sebagai “ilmu pengetahuan
tentang seni”.
Maka itu urutan uraian tentang keindahan dalam tulisan
ini disusun sebagai berikut
I) Pengertian keindahan,
2) Teori tentang keindahan dan seni (estetika),
3) Pcrasaan keindahan (sensibilitas estctik), dan
4) Keindahan seni yang meliputi seni sehagai intuisi
dan cita-cita seni.
1. PENGERTIAN KEINDAHAN
Ada banyak batasan yang diberikan
pada kita, yang sanipai sekarang belum ada kata sepakat tentang definisi
keindahan yang obyektif. Mengenai batasan keindahan pada umumnya dapat
digolongkan pada 2 kelompok, yaitu:
(a). Definisi-definisi yang bertumpu pada obyek
(keindahan yang obyektif )
(b). Definisi-definisi yang bertumpu pada subyck
(keindahan yang subycktif).
Atas dasar kcdua pokok penilaian
itu, keindahan dapat ditinjau dan makna yang obycktif dan juga dan segi yang
subyektif.
Yang disebut keindahan obyektif
ialah keindahan yang memang ada pada obyeknya, yang diharuskan menerima
sebagaimana mestinya. Sedangkan yang disebut keindahan subyektif, adalah
keindahan yang biasanya ditinjau dan segi subyck yang diharuskan mcnghayatinya.
Dalam ha! mi keindahan adalah segala sesuatu yang dapat mcnimbulkan rasa senang
pada din si penghayat tanpa diiringi keinginan-keinginan terhadap segala
sesuatu yang praktis untuk kebutuhan-kebutuhan pribadi.
Menurut Hebert Read : Jadi keindahan
itu adalah sesuatu kesatuan hubungan-hubungan yang formal daripada pcngamatan
yang dapat menimbulkan rasa senang (Beauty is unity of format relation among
our sence perceptions). Atau keindahan itu merangsang timbulnya rasa senang
tanpa pamrih pada subyck yang melihatnya, dan bertumpu kepada ciri-ciri yang
terdapat pada obyek yang sesuai dengan rasa senang itu.
Batasan keindahan yang dikemukakan
oleh Hebert Read tersebut di atas, dikatakan yang paling mendekati kebenaran.
Tetapi apabila kita telah lebih dalam, batasan Hebert Read itu terlalu
ditentukan oleh subyck dan dianggap sebagai perpaduan unsur-unsur pengamatan.
Jadi batasan Hebert Read itu sifatnya terlalu sensual
(jasmaniah), kurang ditinjau dan segi obyek yang diamati yang memiliki
keindahan itu. Keindahan itu tidak hanya merupakan pcrpaduan dan peng amatan
panca indera semata-mata, tetapi lebih daripada visual melulu, lebih dalam
lagi, juga merupakan pcrpaduan pengamatan batiniah. Pengertian keindahan tidak
hanya terbatas pada kenikmatan penglihatan saja, tetapi juga termasuk
kenikmatan spiritual.
Berdasarkan pandangan tersebut di
atas, maka kita dapatkan batasan keindahan yang bermacam-macam, sebanyak para
ahli yang memberi batasan itu. Di bawah ini dikemukakan beberapa diantaranya
adalah:
1.
Menurut Leo Tolstoy (Rusia) > Dalam bahasa Rusia tcrdapat istilah yang
serupa dengan keindahan yaitu “krasota”, artinya that wich pleases the sigh
atau suatu yang mendatangkan rasa yang menyenangkan bagi yang melihat dengan
mata. Bangsa Rusia tidak punya pengertian keindahan untuk musik. Bagi bangsa
Rusia yang indah hanya yang dapat dilihat mata (Leo Tolstoy). Jadi menurut Leo
Tolstoy, keindahan itu adalah sesuatu yang mendatangkan rasa menyenangkan bagi
yang melihat.
2.Menurut
Alexander Baurngarten (Jerman).> Keindahan itu dipandang scbagai
kcseluruhan yang mcrupakan susunan yang teratur daripada bagian-bagian, yang
bagian-bagian itu crat hubungannya satu dengan yang lain, juga dengan
keselunuhan. (Beauty is on of parts in their manual relations and in their
relations to the whole).
3.Menurut
Sulzer.> Yang indah iu hanyalah yang baik. Jika bcluni haik, ciptaan itu
bclum indah. Keindahan hartis dapat memupuk pcrasaan moral. Jadi ciptaan amoral
adalah tidak indah, karena tidak dapat digunakan untuk memupuk moral.
4.Menurut
Winchelman.> Keindahan itu dapat terlepas sama sekali daripada kebaikan.
5.Menurut
Shaftesbury (Jerman).> Yang indah itu adalah yang memiliki proporsi yang
harmonis. Karena yang proporsinya harmonis itu nyata, maka keindahan itu dapat
disamakan de-ngan kebaikan. Yang indah adalah yang nyata dan yang nyata adalah
yang baik.
6.Menurut
Humo (Inggris).> Keindahan adalah sesuatu yang dapat mendatangkan rasa
senang.
7.Menurut
Hemsterhuis (Belanda) >Yang indah adalah yang paling banyak mendatangkan
rasa senang dan itu adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak
mcmberikan pengamatan-pengamatan yang mcnycnangkan itu.
8.Menurut
Emmanuel Kant.> Meninjau keindahan dan 2 segi. Pertama dan segi arti
yang sub ycktif dan kedua dan segi arti yang obyektif.
(a). Yang subyektif.
Keindahan adalah sesuatu yang tanpa
dircnungkan dan tanpa sangkut paut dengan kegunaan praktis, tetapi mendatangkan
rasa senang pada si penghayat.
(b). Yang obyektif.
Keserasian dan suatu obyek terhadap
tujuan yang dikandungnya, scjauh obyek ini tidak ditinjau dan segi gunanya.
9.Menurut
at – Ghazzali.> Keindahan sesuatu benda terletak di dalam perwujudan dan
kcscmpurnaan, yang dapat dikenali kembali dan sesuai dengan sifat bcnda itu.
Bagi setiap benda tcntu ada pcrfcksi yang karakteristik, yang berlawanan dengan
itu dapat dalam keadaan-keadaan tertenlu mcnggan tikan perfeksi karakteristik
dari benda lain. Apabila semua sifat-sifat yang mungkin terdapat di dalam
sebuah benda itu merupakan representasi keindahan yang bernilai paling tinggi;
apabila hanya sebagian yang ada, maka benda itu mempunyai nilai keindahan
sebanding dengan nilai-nilai keindahan yang terdapat di dalamnya.
Misalnya
sebuah karangan (tulisan) yang paling indah ialah yang mempunyai semua sifat-
sifat perfeksi yang khas bagi karangan (tulisan), seperti keharmonisan
huruf-huruf, hubung an arti yang tcpat satu sama lainnya, pelanjutan dan spasi
yang tepat dan susunan yang mcnyenangkan.
Di samping
lima rasa (alat) untuk mengemukakan keindahan di alas, al Ghazzali juga
menambahkan rasa keenam, yang disebutnya dengan ‘ (ruh, yang disebut juga
sebagai “spirit”, “jantung “pemikiran”, “cahaya”), yang dapat merasakan
keindahan dalam dunia yang lebih dalam (inner world) yaitu nilai-nilai
spiritual, moral dan agama.
Dari batasan
tersebut di atas, keindahan sebagai pengertian mem punyai arti yang relatif
berdasarkan subyeknya. Oleh karena keindahan itu relatif, maka sebaiknya
meninjau seni (anpa sangkutnya dengan keindahan.
2. ESTETIKA (TEORI TENTANG KEINDAHAN DAN SENI)
Manusia memiliki sensibilitas
esthetis, karena itu manusia tak dapat dilepaskan dan keindahan. Manusia membutuhkan
keindahan dalam kcsempurnaan (keutuhan) pribadinya. Tanpa estetika mi,
kemanusiaan tidak lagi mempunyai perasaan dan semua kehidupan akan menjadi
steril. Dcmikian cratnya kehidupan manusia dengan keindahan, maka banyak para
ahli/ccndckiawan mengadakan studi khusus tentang keindahan.
Teori tentang keindahan dan seni
dikembangkan dan pengertian “estetika”. Aslinya estetika berarti ‘ tentang ilmu
penginderaan” yang sesuai dengan pengertian etiinologisnya. Tetapi kemudian
diberi pengertian yang dapat ditenima lebih luas ialah teori tentang keindahan
dan seni”.
Filosof yang pertama memperlakukan
estetika sebagai suatu bidang studi khusus ialah Baumgarten (1735). Baumgarten
mengkhususkan penggunaan istilah ‘estetika” untuk teori tentang keindahan
artistik, karena ia berpendapat seni sebagai pengetahuan perseptif perasaan
yang khusus. Tetapi filosof lain yaitu Kant tidak sependapat, sehingga ia tidak
pernah menggunakan istilah estetika dalam memperbincangkan teori tentang kein
dahan dan seni.
Aristoteles menggunakan istilali
“puitik dan ‘ untuk teori keindahan artistik, yang oleh Baumgarten dijadikan
bagian khusus dan estetika.Dahulu estetika dianggap sebagai suatu cabang
filsafat, sehingga memiliki atau diberi pengertian sebagai sinonim dan
‘filsafat seni. Tetapi sejak akhir abad 19, lebih-lebih akhir- akhir ini ada
suatu gejala yang menekankan sifat-sifat imperis, oleh karena itu menganggap
sebagai “ilmu pengetahuan tentang seni”.
Dalam sejarah peradaban manusia,
perhatian pada estetika demikian menonjOl dan berpengarUh langsung atau tidak
langsung memprakarsai aspek-aspek kehidupan intelcktual dan spiritual dalam
masyarakat. Bangsa Yunani kuno telah menyadari betapa pentingnya anti keindahan
dan seni dalam konsep hidup manusia. Dan bangsa Timur (termasuk Indonesia)
bahkan lebih tinggi mcnempatkan penhingnya keindahan dan seni dalam konsep
hidupnya. hasil-hasil karya seniman timur, merupakan penampilan ekspresi
tertinggi tentang kebutuhan spiritual ini. Bangsa bangsa Timur seperti halnya
Plato melihat adanya hubungan harmonis an tara seni dan keindahan. Bangsa
Indonesia telah mempcnlihatkan hal mi sejak sebelum kedatangan orang-orang
Hindhu di Indonesia. Menurut Prof. H. Muhammad Yamin yang dikemukakan dalam
bukunya 6000 tahun Sang Merah Putih”, yang dikutip dan pendapat Kern, bahwa
bangsa Indonesia sebelum datangnya orang-orang Hindhu di Indonesia telah
memiliki tujuah kepadaian Austronesia, yaitu:
- Pandai
bersawah berladang.
- Pandai
beternak dan menyalurkan air.
- Pandai
bcnlayar dan melihat bintang.
- Berkepercayaan
sakti yang teratur.
- Berkesenian
rupa, pahat dan logam.
- Bersatuan
masyarakat dan tata negara.
- Berpenghormatan
sang Merah Putih.
Berdasarkan kepandaian yang tujuh
tersebut di atas, dalam jaman prascjarah itu sungguhlah jikalau kita pikirkan
meriahnya hidup kepercayaan yang melahirkan kesenian di lapangan kewarnaan,
kepahatan, kelogaman dan keukiran serta pengertian tentang ilmu hitung.
Dan kctcrangan tersebut di atas,
bangsa Indonesia tclah terbukti bahwa sejak masa prasejarah telah mcncmpatkan
pentingnya arti keindahan seni dalam konsep hidupnya. Beberapa bukti yang telah
sampai ke jaman kita sekarang mi mcnunjukkan hal itu. Waruga, yaitu kubunan
batu yang terdapat di Gunung Kidul di sebelah selatan Yogyakanta, Pascmah dan
Jawa Timur, yang usianya barangkali lcbih tua daripada jaman perunggu In
donesia, di antara Waruga itu ada yang menyimpan lukisan berwarna-warna. Satu
daripadanya melukiskan bendera mcrah putih yang berkibar di bclakan.g scorang
perwira menunggang kcrbau, sepcnti yang berasal dan kaki gunung Dompu.
Demikian dan itulah beberapa bukit
bahwa bangsa Indonesia telah menyadari scjak jaman dahulu kala, bctapa
pcntingnya arti keindahan dan seni dalam konsep hidupnya.
3. PERASAAN KEINDAHAN (SENSIBILITAS ESTETIS)
Manusia dikatakan adalah makhluk
bcnpikir atau homosapiens. Tetapi manusia itu bukan semata-mata makhluk yang
berpikir, sekedar homo sapiens yang steril. Manusia disamping makhluk berpikin,
juga merasa dan mengindera. Melalui panca indera manusia dapat merasakan
sesuatu. Apabila manusia merasakan akan sesuatu itu menyenangkan atau
menggembirakan dan sebagainya, timbul perasaan puas. Demikian juga terjadi,
kepuasan timbul setelah seseorang melihat atau merasakan sesuatu yang indah.
Rasa kepuasan itu lahir setelah perasaan keindahan yang ada pada setiap orang
itu bangkit. Tiap-tiap orang memiliki pcrasaan keindahan.
KONTEMPLASI
Kontemplasi adalah suatu proses
bermeditasi, merenungkan atau berpikir penuh dan mendalam untuk mencari
nilai-nilai, makna, manfaat dan tujuan alau fiat suatu hasil penciptaan. Dalam
kehidupan sehari-hari, orang mungkin bcrkontcmplasi dcngan dirinya sendiri atau
mungkin juga dcngan benda-benda ciptaan Tuhan atau dengan peristiwa kehidupan
tertentu berkenaan dengan dirinya atau di luar dirinya. Di kalangan umum
kontemplasi diartikan sebagai aktivitas melihat dengan mata dan atau dengan
pikiran untuk mencari scsuatu di balik yang tampak atau tersurat. Misalnya
dalam ekspresi kita saat sedang berkontemplasi dengan bayang.bayang atau
dirinya di muka cermin.
Pengertian konlemplasi tersebut
sebenarnya bersumber pada berbagai kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, yang
tampaknya bertentangan dcngan adat kebiasaan dan kcbudayaan bangsa dalam
hakikatnya yang selalu menghendaki perubahan. Itulah sebabnya manusia itu
menurut pembawaannya selalu berkepentingan concerned, dengan kontemplasi ;
sebagaimana menurut pembawaannya juga, manusja berkepentingan dengan segala
macam kegiatan dalam hidupnya. Hal-hal demikian juga berkaitan dengan tuntutan
individu dan masyarakat yang dinamis serta meningkat dalam latar setting
peradaban, civilazazion ilmu pengetahuan dan teknologi maju dunia.
MANUSIA DAN
KEADILAN
Manusia sebagai makhluk Tuhan yang
paling tinggi derajatnya memiliki 3 jenis gejala, yaitu:
1. Akal menyatu menjadi manunggalnya jiwa menghasilkan
pikiran (derajat tinggi)
2. Rasa
3. Kehendak
Pengertian Adil atau Keadilan adalah :
-Keadilan
ialah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban.
-Keadilan
pada pokoknya terletak pada keseimbangan atau keharmonisan antara menuntut hak
dan menjalankan kewa jibannya
-Keadilan
bisa berjalan dengan baik jika dilandasi oleh cinta kasth, karena tanpa cinta
kasih keadilan hanya dilaksanakan atas dasar hak dan hukum saja, sehingga
berlaku kejam dan mungkin bisa teqadi kecurangan atau penipuan.
Pendapat para Tokoh dan Filosof tentang arti keadilan:
1.Khong Hu
Tsu (filosof China) berpendapat: “Bila anak sebagai anak, bila ayah sebagai
ayah, bila raja sehagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya,
maka itulah keadilari”. Artinya menyadari akan peran masing-masing dan suatu
fungsi merupakan suatu keharusan bagi tercapainya suatu keadilan.
2.Aristoteles
berpendapat: keadilan adalah suatu kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan
di sini diartikan sebagai titik tengah di antara kedua ujung yang terialu ke
kanan atau terlalu ke kin dan suatu masalah.
3.Plato
berpendapat: keadilan itu merupakan kewajiban tertinggi dalam kehidupan negara
yang baik, sedangkan orang yang adil adalah orang yang mampu mengendalikan din,
perasaannya dikendaljkan oleh akal sehat.
4.Soekarno
> Keadilan = Kesejahteraan (tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia
Merdeka).
5.Moh. Hatta
> Cita-cita Keadilan Sosial adalah dapat mencapai kemakmuran yang merata.
Batasan adil menurut “Ensiklopedi Indonesia” adalah:
1.Tidak
berat sebelah atau tidak memihak kesalahan satu pihak saja.sama.
2.Memberikan
sesuatu kepada setiap orang sesuai dengan hak yang harus diperolehnya.
3.Mengetahui
hak dan kewajiban, mengerti mana yang benar dan mana yang salah, bertindak
jujur, dan tidak sewenang wenang.
4.Adil
merupakan pokok di dalam soal hukum. “Dan jika kamu memutuskan perkara,
hukumlah antara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah cinta kepada orang orang
yang berbuat adil” (Qs. Al-Maidah: 42). “Putuslah perkara mereka menurut apa
yang telah Allah turunkan dan janganlah kamu turuti hawa nafsu mereka” (Qs.
Al-Maidah: 49).
Ditinjau dan bentuk ataupun sifat-sifatnya, keadilan
dikelom pokkan menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Keadilan Legal/Keadilan Moral.
-Plato:
Keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dan masyarakat yang membuat
dan menjaga kesatuannya.
-Kong Hu Cu:
Keadilan terwujud jika setiap anggota masyarakat menjalankan fungsi dan
peranannya masing-masing. Ketidakadilan terjadi apabila ada campur tangan
terhadap pihak lain.
b. Keadilan Distributif.
-Aristoteles:
Keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama,
dan hal-hal yang tidak sama diperlakukan secara tidak sama pula (justice is
done when equals are treated equally).
Misalnya:
-Upah buruh lama
dan yang baru harus beda.
-Uangjajan
anak SD dan SMP harus berbeda.
-Pengadilan
tidak memihak, tanpa pandang bulu.
-Hukuman
bagi anak di bawah umur.
4.Keadilan
Komulatif
Keadilan bertujuan memelihara
pertalian dan ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Tindakan yang
bercorak ujung ekstrim (Dyadic) menjadikan ketidakadilan dan akan
merusak/menghancurkan pertalian dalam masyarakat, misalnya dokter “ada main”
dengan pasiennya.
Usaha untuk mencapai keadilan sosial
dengan 8 jalur pemerataan, yaitu:
-Pemerataan
pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan, sandang, dan
peruniahan.
-Pemerataan
memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.
-Pemerataan
pembagian pendapatan.
-Pemerataan
kesempatan kerja.
-Pcmerataan
kesempatan usaha.
-Pemerataan
kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan
kaum wanita.
-Pemerataan
penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.
-Pemerataan
kesempatan memperoleh keadilan.
Hak dan Kewajiban
Manusia adalah makhluk sosial yang
dibatasi oleh norma norma. Hak adalah suatu kekuasaan yang secara sah
dimiliki seseorang, baik atas pribadi, atas orang lain maupun atas harta atau
benda yang di luar dirinya:
“Hak-hak Asasi Manusia”:
1. Hak untuk hidup.
2. Hak untuk kemerdekaan hidup.
3. Hak untuk mendapat perlindungan hukum.
4. Hak untuk memiliki sesuatu.
5. Hak untuk memperoleh nama baik.
6. Hak untuk berpikir dan mengeluarkan pendapat.
7. Hak untuk menganut aliran kepercayaan atau agama.
8. Hak untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
9. Hak untuk memperoleh pekerjaan.
Kewajiban adalah sesuatu tugas yang
harus dijalankan oleh setiap manusia untuk mempertahankan dan membela
haknya. Empat macam kewajiban, yaitu:
1. Kewajiban terhadap din sendiri.
2. Kewajiban terhadap orang lain (individu dan
golongan).
3. Kewajiban terhadap terhadap negara.
4. Kewajiban terhadap Tuhan.
Pada dasarnya pembalasan positif
dilakukan berdasarkan saling menjaga dan menghargai hak dan kewajiban masing
masing. Mempertahankan hak dan kewajiban itu adalah pembalasan.
MANUSIA DAN PENDERITAAN
Dr. Orison Swctt Marden dalam
bukunya, Menindas wasangka dan rasa takut, peperangan, kejahatan, penyakit,
kemelaratan ataupun kelaparan sebagai musuh besar kita, meski bagaimanapun
hebatnya belumlah boleh kita namakan musuh terbesar manusia, karena menurut
ahli ini ada sesuatu yang lebih merupakan musuh utama manusia
yaitu “ RASA TAKUT ” .
Gangguan seperti penyakit, bencana
kelaparan ataupun peperangan itu tidak setiap hari datangnya pada kita. Mereka
tidak bisa begitu saja merajalela dan merusak ketentraman hidup manusia. Justru
rasa takutlah yang setiap saat menghinggapi diri kita. Memang bila kita
selidiki maka sebenarnya kita jusru lebih banyak mendenita karena takut gagal,
takut merasa sakit dan sebagainya, daripada menderita karena kegagalan atau
menderita karena sakit itu sendiri. Kita takut pada sesuatu lama sebelum
malapetaka itu sendiri datang mengganggu kita.
Kadangkala demikian kuatnya daya
khayal itu merasuk pada diri seseorang sehingga dapat menyebabkan gangguan jiwa
yang disebut dcngan PHOBIA. Perkataan ini berasal dan bahasa Yunani yang
artinya takut, sedangkan rasa takut itu sendiri merupakan suatu yang sangat
penting bagi kita dalam kehidupan ini. Rasa takut atau kuatir membuat kita
bcrhati-hati dan membuat kita merasa perlu memanggil ambulance jika ada
kecelakaan, jadi rasa takut memperingatkan kita setiap ada bahaya. Tetapi
phobia adalah rasa takut yang terlalu dibesar-besarkan, di mana sebenarnya
tidak ada perlunya. Akibatnya akan menjadi penyakit psikis dan medis, sehingga
harus ditangani oleh dokter.dan bila hal itu dibiarkan terus-menerua akan
menjadi penyakit kejiwaan.
Beberapa jenis Phobia
A. CLAUSTROPHOBIA
Phobia ini adalah yang paling
dikenal dan paling biasa. Claustrophobia adalah rasa takut terhadap ruangan
tertutup, sesuatu yang agak mudah dimengerti dan dengan mana kita dapat
bersimpati.
B. AGORAPHOBIA.
Sedang agoraphobia lebih sukar
diterangkan dan diperkirakan bahwa untuk phobia ini adalah rasa takut pada
ruangan yang terbuka. Dalam bahasa Yunani kuno, agora berarti tenipat pertemuan
umum dan agoraphobia secara lebih jauh dapat diterangkan sebagai ketakutan akan
tempat umum. Penderita agoraphobia takut pergi dan berada di antara orang
banyak. Tanpa pcrawatan dan prngobatan, pendenita ini dapat menjadi begitu
gugup sehingga mereka takut pergi keluar rumah mereka sendiri.
Kebanyakan dan pcnderita-pendcrita
ini terdiri dan wanita wanita dan mereka kadang-kadang terikat pada rumah-rumah
mereka sampai bertahun-tahun. Meskipun mereka takut keluar sendiri dan
menghadapi umum, mereka tidak suka diam di rumah sendirian; mrreka merasa
tertekan, tidak dapat tidur dan mempunyai banyak gejala-gejala lain. Terlalu
mudah untuk mengatakan bahwa agaraphobia adalah pendenila penyakit syaraf atau
penyakit berbahaya. Bagi seorang yang tidak pernah merasakan panik yang tidak’
dapat diterangkan, memang kedengarannya mustahil. Bagaimana scorang agoraphobia
mencrangkan kctakutannya. Kita takut pada tiap kcadaan yang tidak dapat
dihindari. Kadang kadang kita bangun malam hari dalam kcadaan takut tanpa ada
sebab.
c. Phobia Terbang
Banyak orang mengalami suatu getaran
atau tekanan bila mereka memakai tali pengaman di dalam pesawat terbang, mereka
harus diberi obat penenang sebelum mereka naik pesawat terbang atau mereka
tidak mau terbang sama sekali.
Penyebab Phobia
Ahli-ahli medis mempunyai pendapat
yang berbeda-beda, dan hanya penderita yang mempunyai teori tentang asal mula
dan ketakutan mereka. Kebanyakan phobia dimulai dengan suatu shock emosional
atau suatu tekanan pada waktu tertentu. Umumnya ada dua aliran tentang penyebab
phobia. Ahli-ahli ilmu jiwa cenderung berpendapat bahwa suatu phobia adalah
suatu gejala dan suatu problema psikologis yang dalam yang harus ditemukan,
dihadapi, dan ditaklukkan. Kebanyak ahli-ahli setuju bahwa tekanan dan
sindiran. Rasa sakit banyak hikmahnya, antara lain dapat mendekatkan diri
penderita kepada Tuhan, dapat menimbulkan rasa kasihan terhadap penderita dapat
membuka rasa keprihatinan manusia, rasa sosial, dermawan, dan sebagainya. Tiap
rasa sakit atau penyakit ada obatnya. Hanya tergantung kepada penderita atau
keluarga penderita, apakah ada usaha atau tidak. Bagi yang berusaha
sungguh-sungguh dengan disertai mendekatkan diri kepada Tuhan dan pasrah
kepada-Nya maka Tuhan akan mengabulkan doa dan usahanya.
Pengobatan Phobia
Penderita phobia dianggap sebagai
kasus tersendiri maka pengobatannya juga masih dicarikan. Kesukaran pertama
adalah mcnentukan diagnosanya. Beberapa dokter memberikan obat penenang yang
dapat menolong, meskipun banyak penderita merasa bahwa obat penenang hanya
dapat meredakan gejala tanpa menyembuhkan penyakitnya. Psikoanalis –
psikoanalisis berkonsentrasi pada penemuan sebab Mana phobia itu dan menolong
si penderita supaya mengerti dan berkompromi dengan dorongan-dorongan sex atau
dorongan- dorongan yang mcnghancurkan daripada melarikan diri dan penyakit itu.
Suatu cara pengobatan yang
dipergunakan. Si penderita didorong untuk mengalami ketakutan yang semaksimal
mungkin, maka gejala ketakutan akan hilang sesudah penderita mengalami secara
dalam. TETAPI TINGKAH LAKU adalah cara lain yang tetap dipakai dengan sukses.
Prinsipnya adalah rileks. Si penderita diajar untuk dapat rileks sambil
memandang obyck atau keadaan yang ditakuti.
MELENYAPKAN RASA TAKUT.
Kita sudah mengetahui bahwa rasa
takut itu merupakan momok yang senantiasa mengganggu kita. Sebenarnya,
sebagaimana kita sendiri menciptakan rasa takut itu, kita pun dapat
mcnguasainya. Dengan akal sehat kita bisa menentangnya. Memang tidak mudah
untuk melakukan itu. Tapi dengan latihan-latihan kita akan bisa melawan rasa
takut itu sedikit demi sedikit. Jangan biarkan diri terpengaruh oleh gangguan
gangguan itu. Justru biarkan diri untuk menjadi tuan dan mereka, hingga kita
berkuasa untuk menerima atau menolak, menurut kehendak kita. Yakinlah bahwa
tidak ada orang lain yang akan sanggup membuat kita takut. Memang mereka bisa
berbuat sesuatu yang kiranya dapat rnembangkitkan rasa takut kita. Tapi itu
tidak akan berarti apa-apa, bila kita telah siap menghadapinya, bahkan kita
bisa mengendalikannya.
Dibawah ini beberapa cara untuk
melenyapkan rasa takut yaitu :
1.Kembangkan
kelebihan lupakan kekeliruan
2.menganggap
kegagalan adalah kesempatan yang tertunda
3.mencari
cara dan hal baru yang lebih efisien
4.jangan melakukan
pekerjaan dengan tergesa-gesa
5.berani
mengambil resiko dengan perhitungan yang matang.
FRUSTASI
-Frustasi
adalah suatu problem pribadi yang disebabkan oleh keinginan, harapan yang tidak
atau gagal diselesaikan, diperolehnya.
-Frustasi
juga berarti suatu keadaan dimana suatu kebutuhan tidak dapat terpenuhi atau
tujuan yang tidak bisa tercapai, dengan kata lain orang yang mengalami hambatan
atau usahanya gagal mencapai tujuan.
OBSESI
Obsessi merupakan pikiran yang
bersifat terpaku (parsistent) dan senantiasa bcrulang kembali, yang mcndcsakkan
din ke taraf kesadaran individu dan timbulnya tidak dapat diclakkan oleh
individu yang bersangkutan. Merupakan pikiran yang tidak wajar pula, seperti
halnya phobia, disertai sikap emosional yang kuat. Obsessi dan phobia biasanya
merupakan alasan untuk bertindak secara kompulsif. Individu yang ber sangkutan
tahu betul sifat yang tidak wajar dalam sikapnya. Tetapi perubahan juga tidak
akan terjadi, meskipun orang berusaha menginsyaf kannya melalui jalan dan ratio.
KOMPULSIF
Merupakan suatu pcrbuatan yang
didasari dan diketahui oleh individu yang bersangkutan, akan tetapi seolah-olah
dilakukannya di luar kekuasaannya, walaupun ia tahu perbuatan itu tidak wajar
atau tidak masuk akal.
Soni tidak pernah puas menutup pintu
hanya satu kali. Rasa was- was dan takut selalu menyelimuti dirinya,
seakan-akan ia belum beres dalam menutup pintu. Soni sangat kompulsif dalani
mengunci pintu. Soni sendiri sebenarnya tahu dan sadar bahwa kunci itu cukup
dikunci satu kali saja. Tetapi karena pikirannya bersifat obsessif, maka ia
tidak kuasa mengelak dorongan perbuatan yang bersifat kompulsif itu.
Seakan-akan mengunci pintu yang berulang ulang sampai menjengkelkan dirinya
sendiri itu di luar kekuasaannya sendiri.
MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP
Manusia dan pandangan hidup adalah
merupakan satu di antara beberapa materi pokok ilmu yang terkandung dalam Ilmu
Budaya Dasar. Ilmu Budaya Dasar atau yang identik dengan istilah Basic
Humanities itu sendiri dimaksudkan agar dengan kondisi kehidupan masyarakat
kita yang demikian heterogen diharapkan seseorang menjadi lebih manusiawi,
lebih berbudaya, dan lebih halus.
Menurut Koentjoroningrat, sebagai
salah satu pokok bahasan dalam Ilmu Budaya Dasar, pandangan hidup mengandung
pengertian yang mendasar yakni bahwa Pandangan Hidup adalah nilai – nilai yang
dianut oleh suatu masyarakat yang dipilih secara selektif oleh para individu
dan golongan di dalam masyarakat.
Sistem nilai budaya sering juga
merupakan pandangan hidup atau world view bagi manusia yang menganutnya.
Apabila “sistem nilai” merupakan pedoman hidup yang dianut oleh sebagian besar
warga masyarakat, “pandangan hidup” merupakan suatu sistem pedoman yang dianut
oleh golongan-golongan atau, lebih sempit lagi, oleh individu-individu khusus
di dalam masyarakat. Oleh karena itu, hanya ada pandangan hidup golongan atau
individu tertentu, tetapi tidak ada pandangan hidup pada keseluruhan
masyarakat.
Pandangan hidup merupakan bagian
hidup manusia, tidak ada seorang pun yang hidup tanpa pandangan hidup meskipun
pada tingkatan yang berbeda-beda. Pandangan hidup mencerminkan citra diri
seseorang karena pandangan hidup itu mencerminkan cita-cita atau aspirasinya.
Dalam kehidupanya manusia tidak akan terlepas dan 3
hal pokok, yakni:
- Cita-cita,
- Kebajikan, dan
- Sikap hidup
Karena itu pula, wajarlah apabila
cita-cita, kebajikan dan sikap hidup merupakan bagian hidup manusia. Dan itu
pulalah sebabnya cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup banyak menimbulkan daya
kreativitas manusia. Banyak hasil seth yang melukiskan cita-cita, kebajikan,
dan sikap hidup seseorang.
Pandangan Hidup dan Ideologi
Ideologi merupakan komponen dasar
terakhir dan sistem sistem sosial budaya. Pengertian ini menyangkut
sistem-sistem dasar kepercayaan dan petunjuk hidup sehari-hari.
Suatu ideologi bagi masyarakat
tersusun dan 3 unsur, yakni:
1. Pandangan hidup
2. Nilai-nilai
3. Norma-norma
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa
pandangan hidup itu merupakan bagian dan ideologi kebudayaan yang dapat membuat
kemungkinan-kernungkinan menjawab pertanyaan mengapa (why) tentang sesuatu dan
kehidupan.
Klasifikasi Pandangan hidup
- Pandangan
Hidup yang berasal dari Agama yaitu pandangan hidup yang mutlak
kebenarannya.
- Pandangan
hidup berupa ideologi yang disesuaikan dengan kebudayaan dan norma-norma yang
terdapat dalam Negara tersebut.
- Pandangan
hidup yang berasal dari renungan adalah pandangan hidup yang relative
kebenarannya, karena sifatnya individu dan diyakini oleh persepsi diri
sendiri.
Langkah – Langkah Berpandangan Hidup Yang Baik
Manusia pasti mempunyai pandangan
hidup walau bagaimanapun bentuknya. Bagaimana kita memperlakukan pandangan
hidup itu tergantung pada orang yang bersangkutan. Ada yang memperlakukan
pandangan hidup itu sebagai sarana mencapai tujuan dan ada pula yang
memperlakukan sebagai sarana kesejahteraan, ketenteraman dan sebagainya.
Maka kita seharusnya mempunyai
langkah-langkah berpandangan hidup ini. Karena hanya dengan mempunyai
langkah-langkah itulah kita dapat memperlakukan pandangan hidup sebagai sarana
mencapai tujuan dan cita-cita dengan baik. Maka dari itu di bawah ini beberapa
langkah-langkah dalam berpandangan hidup yang baik, sebagat berikut:
1.Mengenal.
Mengenal ini merupakan suatu kodrat
bagi manusia yaitu merupakan tahap pertama dan setiap aktivitas hidupnya yang dalam
hal ini mengenal apa itu pandangan hidup. Tentunya kita yakin dan sadar bahwa
setiap manusia itu pasti mempunyai pandangan hidup.
2.Mengerti
Tahap kedua untuk berpandangan hidup
yang balk adalah mengcrti. Mengerti di sini dimaksudkan mengerti terhadap
pandangan hidup itu sendiri. Bila dalam bernegara kita berpandangan pada
Pancasila, maka dalam berpandangan hidup pada Pancasila kita hendaknya mengerti
apa Pancasila dan bagairnana mengatur kehidupan bernegara. Begitu juga bagi
yang berpandangan hidup pada agama islam, hendaknya kita mengerti apa itu Al
Qur’an, hadits dan ijmak itu dan bagaimana ketiganya itu mcngatur kehidupan
baik di dunia niaupun di akherat. Selain itu juga kita mengerti untuk apa dan
dan mana Al Qur’an, hadits, dan ijmak itu. Sehingga dengan demikian mempunyai
suatu konsep pengrrtian tentang pandangan hidup Islam itu.
3.Menghayati
Langkah selanjutnya setelah mengerti
pandangan hidup adalah menghayati pandangan hidup itu. Dengan menghayati
pandangan hidup kita mcniperoleh ganibaran yang tepat dan benar mengenai
pandangan hidup itu sendiri.
Mcnghayati di sini dapat diibaratkan
menghayati nilai-nilai yang terkandung didalamnya, yaitu dengan memperluas dan
memperdalam pengetahuan mengenai pandangan hidup itu scndiri. Dengan
menganalisa dan bertanya kepada orang yang lebih mampu dalam pemahaman
pandangan hidup.
4.Meyakini
Setelah mengetahui kcbenaran dan
validitasnya, baik secara kemanusiaan, maupun ditinjau dan segi kemasyarakatan
maupun bernegara dan dan kehidupan di akherat, maka hcndaknya kita menyakini
pandangan hidup yang telah kita hayati itu. Meyakini me merupakan suatu hal
untuk cenderung memperoleh suatu kcpasiian sehingga dapat mencapai suatu tujuan
hidupnya.
Dengan yakin (meyakini) berarti
secara langsung ada penerimaan yang ikhlas terhadap pandangan hidup itu. Adanya
sikap menerima secara ikhlas ini maka ada kecenderungan untuk selalu brrpedoman
kepadanya dalam segala tingkah laku dan tindakannya atau setidak-tidaknya
tingkah laku dan tindak-tanduknya scialu dipengaruhi oleh pandangan hidup yang
diyakininya.
5.Mengabdi
Pengabdian merupakan snatu hal yang
pcnting dalani mcnghayati dan mcyakini sesuatu yang telah dibcnarkan dan
ditenima baik oleh dirinya lebih – lebih oleh orang lain. Dengan mengabdi maka
kita akan merasakan manfaatnya. Sedang perwujudan manfaat mengabdi ini dapat
dirasakan oleh prihadi kita sendiri. Dan mengabdi itu sendiri bisa terwujud di
masa masih hidup dan atau sesudah meninggal yaitu di alam akherat. Dampak
berpandangan hidup Islam yang antara lain yaitu mengabdi kepada orang kedua
orang tua.
Jadi bila kita sudah mengenal,
mengerti, menghayati dan meyakini pandangan hidup ini, maka selayaknya disertai
dengan pengabdian Dan pengabdian maka hendaknya dijadikan pakaiannya baik dalam
waktu tenteram lebih-lebih bila menghadapi hambatan dan tantangan.
6.Mengamankan
Proses mengamankan mi merupakan
langkah terakhir. Tidak mungkin atau sedikit kemungkinan bila belum mendalami
langkah sebelumnya lalu akan ada proses mengamankan ini. Langkah yang terakhir
ini merupakan langkah yang terberat dan benar-benar membutuhkan iman yang teguh
dan kebenaran dalam menanggulangi segala sesuatu demi tetap tegaknya pandangan
hidup itu.
Misalnya seorang yang beragama Islam
dan berpegang teguh kepada pandangan hidupnya, lain suatu ketika dia dicela
baik secara langsung ataupun secara tidak Iangsung, maka jelas dia tak menenima
celaan itu. Bahkan bila ada orang yang ingin merusak atau bahkan ingin
memusnahkan agama Islam baik terang-terangan ataupun secara diam-diam, sudah
tentu dan sudah selayaknya bila kita mengadakan tindakan terhadap segala
sesuatu yang menjadi pengganggu. Dengan kata lain para pengikut pandangan hidup
Islam akan bertindak untuk mengamankan terhadap segala tindakan yang bermaksud
atau ingin mengganggu salah satu diantara pandangan hidup itu, pasti
ditindak selain oleh Allah kelak juga oleh para pengikut Islam itu sendiri.
CITA-CITA
DAN PANDANGAN HIDUP
Di samping itu juga pandangan hidup
yang teguh ini akan mampu memperbaiki segala tingkah lakunya, baik dalam
bermasyarakat ataupun dalam menyelesaikan segala masalah hambatan, gangguan dan
tantangan sehingga nantinya akan terwujud cita-cita yang didambakannya.
Oleh karetia itu scbagai makhluk
yang mempunyai Cita-cita terutama cita-cita yang akan memimpin kepada kebaikan
dan keselamatan baik pribadi maupun orang lain dan lebih-lebjh keselamatan di
akherat kelak.
Bila kita kaji lebih datam maka
dalam berpandangan hidup yang baik itu tentu terdapat keyakinan yang teguh.
Pandangan hidup yang demikian ini merupakan dasar akan adanya cita-cita artinya
bila adanya cita-cita ini didasari oleh pandangai hidup ini maka cita-cita ini
akan lebih besar kemungkinannya dan bila berhasil maka berarti cita-citanya itu
merupakan hasil petunjuk dan Allah sebagai pencipta seluruh makhluk yang ada.
Dengan demikian besar kemungkinannya untuk selamat dalam menjalankan tugas dan
keberhasilan cita-citanya itu dengan syarat yang bcrsangkutan selalu berpegang
teguh pada pandangan hidupnya dimanapun berada.
0 komentar:
Posting Komentar